Oleh: Azizatul Fuad, Ermawati, Salamah, Yayu Sri Wahyu Ningsih
A. Pendahukuan
Attachment (kelekatan) merupakan kecenderungan seseorang untuk mencari kenyamanan dengan lingkungannya melalui kelekatan dengan orang-orang yang ada disekitarnya. Attachment (kelekatan) muncul pada diri seorang anak sebelum anak belajar tentang hal-hal yang lebih kompleks dalam periode-periode kehidupannya, dan biasanya dimulai pada usia balita dan akan berkembang sesuai dengan semakin luasnya lingkungan sosial si anak tersebut.
Attachment (kelekatan) berbeda dengan istilah ketergantungan, jika ketergantungan anak terjadi pada setiap orang yang memberikan bantuan atau dukungan terhadapnya, namun tingkah laku lekat ini lebih dari pada sekedar mendapatkan bantuan dan dukungan. Hal ini bisa dilihat misalnya anak akan menangis jika objek kelekatannya mengacuhkannya, namun sangat bahagia bila objek kelekatannya itu kembali walaupun tidak melakukan sesuatu yang berarti, dan biasanya seorang anak yang telah memiliki kelekatan misal dengan ibunya, akan selalu mengarahkan pandangan ke si ibu setiap kali berada disekitar ibunya bahkan saat sedang bersama anggota keluarga lainnya.
Anak yang memperolah attachment (kelekatan) yang positif akan membawa dampak positif bagi setiap fase kehidupannya sampai nanti akhirnya mampu mencapai perkembangan optimal pada fase remaja dan dewasanya. Namun jika yang terjadi adalah sebaliknya maka anak akan mengalami masalah dalam proses perkembangannya, yang selanjutnya dapat menjadi akar dari berbagai masalah sosial yang banyak terjadi saat ini.
Anak dengan keyakinan yang kuat terhadap penerimaan lingkungan terhadap kehadirannya, cenderung akan mengembangkan tingkah laku lekat yang aman dengan figur lekatnya (secure attachment) dan juga mengembangkan rasa percaya tidak saja pada ibu tetapi juga pada lingkungannya, dan hal ini membawa pengaruh positif dalam perkembangan selanjutnya dalam setiap periode kehidupannya.
Attachment (kelekatan) pada masa kanak-kanak sangat mempengaruhi kemampuan anak untuk menjalin persahabatan pada masa dewasa muda. Pola relasi orang tua dan anak seringkali seiring dengan relasi suami dan istri, apalagi pada relasi suami istri yang tidak harmonis akan berpengaruh buruk pada anak dimana anak merasa tidak aman dan terlindungi. Oleh karena itu keharmonisan hubungan suami istri yang harmonis merupakan keharusan.
B. Teori Attachment (Kelekatan)
Attachment atau kelekatan merupakan teori yang diungkapkan pertama kali oleh seorang psikiater asal Inggris bernama John Bowlby pada tahun 1969. Ketika seseorang secara emosional terikat dengan orang lain, Attachment dimulai.
Edward John Mostyn Bowlby (26 Februari 1907 - 2 September 1990) adalah seorang psikolog Inggris, psikiater, dan psikoanalisis, terkenal karena ketertarikannya pada perkembangan anak dan untuk pekerjaan perintisnya dalam teori keterikatan. Tinjauan survey Psikologi Umum, yang diterbitkan pada tahun 2002, menempatkan Bowlby sebagai psikolog ke 49 yang paling banyak dikutip pada abad ke-20.[1]
John Bowlby mengajar di sekolah untuk anak-anak cerdas, menerima pelatihan medis dan psikoanalisis, dan sejak tahun 1936 mengerjakan buku pembimbing anak-anak. Pada tahun 1936 itu Bowlby tertarik pada gangguan-gangguan yang dibesarkan di panti asuhan. Anak-anak yang di bawah pengasuhan perawat dilihatnya seringkali menunjukkan beragam masalah emosi, termasuk ketidakmampuan membentuk hubungan intim dan abadi dengan anak-anak lain. Anak-anak ini tidak sanggup mencintai karena tidak memiliki kesempatan untuk membentuk kemelekatan yang solid dengan figur ibu di awal kehidupannya. Bowlby juga mengamati gejala serupa pada anak-anak yang tumbuh normal di rumah untuk sementara waktu namun kemudian menderita perpisahan cukup lama. Anak-anak tersebut tampaknya begitu terguncang sehingga secara permanen mereka menjauh dari ikatan manusia yang erat. Observasi tentang hal tersebut meyakini Bowlby bahwa kita tidak bisa memahami perkembangan tanpa memperhatikan lebih teliti ikatan ibu dan bayi. Bagaimana ikatan tersebut terbentuk? Mengapa ikatan begitu penting, sehingga jika terganggu akan menghasilkan konsekuensi yang menyakitkan? Untuk mencari jawaban tersebut Bowlby menoleh pada etologi.[2]
Teori keterikatan telah digambarkan sebagai pendekatan dominan untuk memahami perkembangan sosial awal dan telah melahirkan lonjakan besar penelitian empiris mengenai pembentukan hubungan dekat anak-anak. Teori keterikatan Bowlby menekankan prinsip penting berikut ini :[3]
1. Anak-anak antara 6 dan 30 bulan sangat mungkin untuk membentuk keterikatan emosional pada pengasuh yang familier, terutama jika orang dewasa sensitif dan responsif terhadap komunikasi anak.
2. Keterikatan emosional anak-anak muda ditunjukkan secara perilaku dalam preferensi mereka terhadap orang-orang yang dikenal; kecenderungan mereka untuk mencari kedekatan dengan orang-orang itu, terutama pada masa kesusahan; dan kemampuan mereka untuk menggunakan orang dewasa yang dikenal sebagai basis aman untuk menjelajahi lingkungan.
3. Pembentukan keterikatan emosional berkontribusi pada pengembangan emosional dan kepribadian kemudian, dan jenis perilaku terhadap orang dewasa yang diketahui yang ditunjukkan oleh balita memiliki beberapa kontinuitas dengan perilaku sosial yang akan mereka tunjukkan di kemudian hari.
4. Peristiwa yang mengganggu keterikatan, seperti pemisahan anak balita dengan tiba-tiba dari orang-orang yang dikenal atau ketidakmampuan perawat yang signifikan menjadi sensitif, responsif atau konsisten dalam interaksi mereka, memiliki dampak negatif jangka pendek dan jangka panjang pada emosi dan kognitif anak. kehidupan.
Menurut Bowbly, attachment (kelekatan) merupakan tingkah laku yang khusus pada manusia, yaitu kecenderungan dan keinginan seseorang untuk mencari kedekatan dengan orang lain dan mencari kepuasan dalam hubungan dengan orang tersebut.[4] Menurut John Santrock, kelekatan adalah ikatan emosional yang erat diantara dua orang. Kelekatan ini mengacu pada suatu relasi antara dua orang yang memiliki perasaan yang kuat satu sama lain dan melakukan banyak hal bersama untuk melanjutkan relasi itu. Anak yang mendapatkan kelekatan (Attachment) yang cukup, akan merasa dirinya aman (Secure) dan lebih positif terhadap kelompoknya, menunjukkan ketertarikan yang lebih besar terhadap orang lain di dalam mengajak bermain atau ketika digendong.[5] Sedang menurut MÅ‘nks, kelekatan adalah mencari dan mempertahankan kontak dengan orang-orang yang tertentu saja. Orang pertama yang dipilih anak dalam kelekatan adalah ibu (pengasuh), ayah atau saudara-saudara dekatnya.[6] Anak ini bersifat sosial tidak hanya dengan ibu atau pengasuhnya, tetapi juga pada orang lain. Sebaliknya anak yang memiliki kelekatan yang tidak aman/kuat (Insecure) akan takut pada orang asing dan akan merasa sedih oleh perpisahan dengan ibu atau pengasuhnya.
Ciri-ciri seorang anak dapat dikatakan lekat pada orang lain jika mempunyai kelekatan fisik dengan seseorang, menjadi cemas ketika berpisah dengan figur lekat, menjadi gembira dan lega ketika figur lekatnya kembali, dan orientasinya tetap pada figur lekat walaupun tidak melakukan interaksi. Anakmemperhatikan gerakan, mendengarkan suara dan sebisa mungkin berusaha mencari perhatian figur lekatnya.[7]
Dapat disimpulkan bahwa attachment (kelekatan) adalah suatu hubungan kasih sayang satu individu dengan individu yang lain dimana seseorang yang telah lekat dengan orang lain, ia akan merasa aman/kuat dan terlindungi.
C. Figur Yang Lekat Pada AUD
Figur lekat adalah orang yang dijadikan anak sebagai objek lekat. Figur lekat tidak hanya ibu, tetapi bisa juga ayah, pengasuh (baby Sitter) atau nenek tergantung kepada siapa bayi merasa nyaman. Anak akan selalu ingin berdekatan dengan figur lekatnya. Hal ini dapat dilihat pada pola tingah laku anak yang menunjukkan sikap tidak nyaman seperti; menangis jika figur lekatnya pergi, selalu memandang ke arah perginya figur lekat, dan akan sangat senang jika figur lekat kembali serta hal yang paling menonjol adalah anak berani bereksplorasi bebas jika berada dekat figur lekatnya.
Pemenuhan kebutuhan pokok bukan hal yang utama bagi anak, tetapi dengan kelekatan akan terpenuhilah kebutuhannya. Anak menentukan orang yang akan menjadi figur lekat berdasarkan apa yang ia rasakan. Biasanya Anak memilih orang yang sering melakukan interaksi dengan dirinya, baik interaksi untuk menarik perhatian anak maupun interaksi secara spontan. Orang dijadikan figur lekatpun bukan hal yang penting bagi anak tetapi seberapa besar orang tersebut mampu memberikan perhatian kepadanya, bagaimana respon yang diterima serta tepat tdak respon yang diberikan menjadi sumber kenyamanan bagi anak dalam menentukan figur lekat.[8]
Menurut Eka Ervika, ada dua macam figur lekat, yaitu figur lekat utama dan figur lekat pengganti. Menurut Bowlby (dalam Durkin 1995) individu yang selalu siap memberikan respon ketika anak menangis tetapi tidak memberikan perawatan fisik cenderung dipilih sebagai figur lekat pengganti. Adapun individu yang kadang-kadang memberikan perawatan fisik namun tidak bersifat responsif tidak akan dipilih menjadi figur lekat.
Adapun kondisi yang dapat menimbulkan kelekatan pada anak pada seseorang adalah:[9]
1. Pengasuh Anak
Termasuk pada siapa dan bagaimana pengasuhan dilakukan. Orang yang paling banyak mengasuh anak adalah orang yang paling sering berhubungan dengan anak dengan maksud mendidik dan membesarkan anak. Hal ini menyangkut kualitas hubungan antara pengasuh dan anak, disamping itu pengasuh anak harus tetap dan berhubungan dengan anak secara berkesinambungan
2. Komposisi Keluarga
Anak mempunyai kemungkinan untuk memilih salah satu dari orang-orang yang ada dalam keluarga sebagai figur lekatnya. Figur lekat yang dipilih anak biasanya adalah orang dewasa yang memenuhi persyaratan pada butir 1 di atas. Ibu biasanya menduduki peringkat pertama figur lekat utama anak. Hal ini dapat dipahami karena ibu biasanya lebih banyak berinteraksi dengan anak dan berfungsi sebagai orang yang memenuhi kebutuhannya serta memberikan rasa nyaman, namun dalam hal ini kuantitas waktu bukanlah faktor utama terjadinya kelekatan. Kualitas hubungan menjadi hal yang lebih dipentingkan. Kualitas hubungan ibu dan anak jauh lebih penting daripada lamanya mereka berinteraksi karena dengan mengetahui lamanya anak berinteraksi belum tentu diketahui tentang apa yang dilakukan selama interaksi. Hal ini dibuktikan oleh Schaffer dan Emerson (dalam Hetherington dan Parke,1999; Durkin, 1995) yang menemukan bahwa bayi memilih ayah dan orang dewasa lainnya sebagai figur lekat, padahal bayi menghabiskan waktu lebih banyak bersama ibu. Bayi-bayi ini memiliki ibu yang tidak responsif dan cenderung mengabaikan padahal ibu yang memberikan perawatan rutin pada bayi. Hal ini disebabkan karena ayah-ayah jaman sekarang cenderung mau terlibat dalam pemeliharaan anak. Masalahnya adalah sulit menilai kualitas kelekatan tersebut karena para ayah biasanya sulit diajak bekerjasama dalam penelitian akibat keterbatasan waktu yang mereka miliki (Shaffer dan Emerson dalam Durkin, 1995).
Menurut Bowlby (dalam Adiyanti 1985) perkembangan kelekatan terhadap figur tertentu merupakan hasil proses yang bekerja dalam diri anak, yaitu:
1. Kecenderungan anak untuk melakukan orientasi, melihat dan mendengarkan suatu kelompok stimuli tertentu dan sejumlah stimuli yang lain. Hal ini memungkinkan bayi yang masih sangat muda menaruh perhatian khusus pada orang yang merawatnya (sebagai suatu stimuli).
2. Kegiatan belajar memungkinkan bayi belajar tentang atribut persepsual dari orang yang memberikan perhatian kepadanya dan membedakan orang tersebut dari orang-orang disekitarnya.
3. Bayi mempunyai kecenderungan untuk mendekati orang yang sudah dikenalnya dan telah dibedakan dari orang lain
D. Bentuk-Bentuk Tingkah Laku Lekat pada AUD
Menurut Adiyanti dalam Suzi Ardiyanti, tingkah laku lekat pada anak terhadap figur lekatnya dibagi menjadi 2 yaitu : [10]
1. Signaling Behavior
Tingkah laku lekat signal ini merupakan tingkah laku yang dilakukan anak dengan memberikan tanda supaya figur lekat mendekat. anak melakukan suatu perbuatan yang dapat direspon oleh figur lekatnya. Untuk menarik perhatian figur lekat ini, anak akan melakukan hal-hal berikut:
a. Menangis
Pada saat anak menangis, figur lekat akan mendekati anak dan berusaha membujuknya untuk tidak menangis. Figur lekat harus memahami arti tangisan anak. Tangisan ini dapat diselesaikan karena anak lapar, takut, marah atau tidak nyaman.
b. Tersenyum dan meramban
Ketika anak tersenyum, anak bermaksud mendapatkan respon dari figur lekatnya. Biasanya diikuti dengan meramban. Figur lekat yang baik akan mendekati anak dan merespon hal tersebut, misalnya dengan mengajak bicara, memandang dan membalas senyum anak. Hal ini menimbulkan kelekatan emosional pada anak dan figur lekatnya.
c. Mengacungkan tangan
Selain tersenyum dan meramban, anak juga akan mengangkat dan seolah-olah mengacungkan tangan agar figur lekat memperhatikan dan mendekatinya. Perilaku ini biasanya muncul pada usia 24 minggu.
d. Mencoba menarik perhatian
Pada usia 32 minggu, anak sudah dapat menari perhatian supaya figur lekat mendekat. Tingkah laku yang dilakukan anak biasanya merengek-rengek minta digendong.
2. Approaching Behavior
Pada tingkah laku ini, anak berusaha mendekati figur lekat agar diperhatikan dan terjadi kelekatan afektif. Biasanya anak akan melakukan hal-hal dibawah ini:
a. Mendekati dan mengikuti
Anak mendekati figur lekat dan mengikutinya. Hal ini dilakukan agar anak merasa nyaman, apalagi jika figur lekat terlihat akan pergi. Perilaku ini biasanaya muncul pada usia 8 bulan.
b. Clinging
Tingkah laku ini dilakukan untuk mendapatkan kontak yang sangat dekat. Perilaku yang muncul berupa menggenggam rambut, menarik bibir figur. Clinging akan meningkat pada usia 4 tahun teruama jika anak mengalami kegelisahan, takut, khawatir dan lain sebagainya.
c. Menghisap
Anak tidak hanya mengisap tangan, tetapi anggota badan lainnya dengan maksud supaya dekat dengan figur lekat.
E. Kesimpulan
1. Attachment (kelekatan) adalah suatu hubungan kasih sayang satu individu dengan individu yang lain dimana seseorang yang telah lekat dengan orang lain, ia akan merasa aman/kuat dan terlindungi.
2. Figur lekat pada AUD adalah orang yang dijadikan anak sebagai objek lekat. Adapun kondisi yang dapat menimbulkan kelekatan pada anak pada seseorang adalah pengasuh anak dan komposisi keluarga.
3. Tingkah laku lekat pada AUD terhadap figur lekatnya dibagi menjadi 2 yaitu : a. Signaling Behavior ( menangis, tersenyum dan meramban, mengacungkan tangan, mencoba menarik perhatian), b. Approaching Behavior ( mendekati dan mengikuti, clinging, menghisap)
F. Saran
1. Pola hubungan orang tua dan anak seringkali seiring dengan hubungan suami istri, maka disarankan suami istri memiliki hubungan yang harmonis dalam keluarga karena attachment (kelekatan) pada masa kanak-kanak sangat mempengaruhi kemampuan anak untuk menjalin persahabatan pada masa dewasa muda
2. Ibu punya peran penting adalam perkembangan anak karena anak mendapatkan kesan pertama mengenai dunia melalui perilaku dan sikap ibu diasarankan ibu berlaku baik maka kesan anak tentang dunia dan lingkungan positif dan sikap anak juga akan menjadi positif.
Catatan Kaki :
[1] John Bowbly, diakses dari https://en.wikipedia.org/wiki/John_Bowlby pada 22 Pebruari 2018
[2] William Crain, Teori Perkembangan; Konsep dan Aplikasi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), h. 65 - 67
[3] John Bowbly, diakses dari https://en.wikipedia.org/wiki/John_Bowlby pada 22 Pebruari 2018
[4] Christiana Hari Soetjiningsih, Perkembagan Anak: Sejak Pembuahan Sampai dengan Kanak-kanak Akhir,( Jakarta: Prenada Media Group, 2012), h. 154.
[5] John Santrock, Perkembangan Anak, (Jakarta: Erlangga, 2008), h. 36.
[6] Monks, F. J. Knoers A.M.P. Psikologi Perkembangan: Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya. Alih bahasa: Siti Rahayu, Haditono. (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1986).
[7] Eka Ervika, Kelekatan (attachment) pada Anak, e-USU Repository, (Medan: Universitas Sumatera Utara, 2005), h. 4
[8] Susi Ardiyanti, Kelekatan Dalam Perkembangan Anak, diakses dari
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=401653&val=6793&title=KELEKATAN%20DALAM%20PERKEMBANGAN%20ANAK pada tanggal 22 Pebruari 2018, h. 251
[9] Eka Ervika, Kelekatan (attachment) ... h. 8
[10] Susi Ardiyanti, Kelekatan ...h. 252