Senin, 13 November 2017

Model Taxonomi Bloom Ranah Kognitif pada PAUD

oleh: Azizatul Fuad, Mutmainah, Nana Maisyarah, Nurhayati, Yayu Sri Wahyuningsih

A.  
Pendahuluan

Pendidikan anak usia dini menjadi pendidikan yang penting bagi seorang anak. Hal ini berkaitan dengan masa pertumbuhan dan perkembangan otak anak yang sudah mencapai 80% pada usia 6 tahun. Pada usia tersebut segala sesuatu yang diterima anak akan dapat memberikan bekas yang kuat dan tahan lama. Kesalahan dalam mendidik anak akan memberikan efek negatif jangka panjang yang sulit diperbaiki.[1]

Struktur kurikulum PAUD memuat program-program pengembangan yang mencakup: a. nilai agama dan moral; b. fisik-motorik; c. kognitif; d. bahasa; e. sosial-emosional; dan f. seni. Program pengembangan nilai agama dan moral mencakup perwujudan suasana belajar untuk berkembangnya perilaku baik yang bersumber dari nilai agama dan moral serta bersumber dari kehidupan bermasyarakat dalam konteks bermain. Program pengembangan fisik-motorik mencakup perwujudan suasana untuk berkembangnya kematangan kinestetik dalam konteks bermain. Program pengembangan kognitif mencakup perwujudan suasana untuk berkembangnya kematangan proses berfikir dalam konteks bermain. Program pengembangan bahasa mencakup perwujudan suasana untuk berkembangnya kematangan bahasa dalam konteks bermain. Program pengembangan sosial-emosional mencakup perwujudan suasana untuk berkembangnya kepekaan, sikap, dan keterampilan sosial serta kematangan emosi dalam konteks bermain. Program pengembangan seni mencakup perwujudan suasana untuk berkembangnya eksplorasi, ekspresi, dan apresiasi seni dalam konteks bermain.  Ke enam  (6) program pengembangan di atas diberikan melalui rangsangan pendidikan yang dilakukan oleh pendidik dalam kegiatan belajar melalui suasana bermain. [2]

Kognitif berhubungan dengan tingkat kecerdasan (intelegensi) yang menandai seseorang dengan berbagai minat terutama sekali ditujukan kepada ide-ide dan belajar. Dalam memberikan stimulasi untuk mengembangkan aspek kognitif tersebut, tentulah pemahaman akan metode pengembangan yang berkaitan dengan kognitif sangat diperlukan. Kognitif berarti persoalan yang menyangkut kemampuan untuk mengembangkan kemampuan rasional (akal). Teori kognitif lebih menekankan bagaimana proses atau upaya untuk mengoptimalkan kemampuan aspek rasional yang dimiliki oleh orang lain.

Kognitif adalah salah satu ranah dalam taxonomi pendidikan. Secara umum kognitif diartikan potensi intelektual yang terdiri dari tahapan: pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehention), penerapan (aplication), analisa (analysis), sintesa (sinthesis), evaluasi (evaluation). Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Kognitif sering kali diartikan sebagai kecerdasan, daya nalar atau berpikir . Kognitif adalah pengertian yang luas mengenai berpikir dan mengamati sehingga muncul tingkah laku yang mengakibatkan orang memperoleh pengetahuan atau yang dibutuhkan untuk menggunakan pengetahuan.[3] Kognitif atau intelektual adalah suatu proses berfikir berupa kemampuan atau daya untuk menghubungkan suatu peristiwa dengan peristiwa lainnya serta kemampuan menilai dan mempertimbangkan segala sesuatu yang diamati dari dunia sekitar. Kognitif dapat diartikan sebagai pengetahuan  yang luas daya nalar, kreatifitas atau daya cipta, kemampuan berbahasa serta daya ingat. Gabungan antara kematangan anak dengan pengaruh lingkungan disebut kognisi. Faktor kognitif mempunyai peranan penting bagi keberhasilan anak dalam belajar karena sebagian besar aktivitas dalam belajar selalu berhubungan dengan masalah mengingat dan berpikir. Perkembangan kognitif menunjukkan perkembangan dari cara anak berpikir. Kemampuan anak untuk mengkoordinasikan berbagai cara berpikir untuk menyelesaikan berbagai masalah dapat dipergunakan  sebagai tolak ukur pertumbuhan kecerdasan.  Perkembangan kognitif dimaksudkan agar anak mampu melakukan eksplorasi terhadap dunia sekitar melalui panca inderanya sehingga dengan pengetahuan yang didapatkannya tersebut anak dapat melangsungkan hidupnya.

Pengembangan kemampuan kognitif anak di TK bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berfikir agar anak dapat mengolah perolehan belajarnya, dapat menemukan bermacam-macam alternatif pemecahan masalah, membantu anak dalam mengembangkan kemampuan logika matematikanya. Terkadang kemampuan logika ini disebut juga sebagai kemampuan berfikir anak. Piaget menjelaskan bahwa kemampuan anak untuk beradaptasi dengan lingkungan sudah dirintis sejak kecil sejalan dengan perkembangan anak usia PAUD sudah dapat mengenal lingkungan sekitarnya. Perkembangan kognitif anak usia TK menurut Piaget berada pada tahap pra operasional. Pada tahap ini, pemikiran anak masih didominasi oleh hal-hal yang berkaitan dengan aktivitas fisik dan pengalamnnya sendiri sekalipun yang ada dalam pikirannya tidak selalu ditampilkan lewat tingkah laku nyata.[4]

B. Taxonomi Bloom Ranah Kognitif

Secara bahasa taxonomi diambil dari bahasa Yunani yaitu tassein dan nomos. Tassein yang berarti untuk mengelompokan dan nomos yang  berarti aturan. Taxonomi dapat pula diartikan secara istilah yaitu, sebagai  pengelompokan suatu hal berdasarkan hierarki (tingkatan) tertentu.  Dimana taxonomi yang lebih tinggi bersifat lebih umum atau masih luas  dan taxonomi yang lebih rendah bersifat lebih spesifik atau lebih  teperinci.[5] Jadi taxonomi dapat dikatakan sebagai acuan ataupun aturan dari pengelompokkan hasil belajar dan tujuan pendidikan yang hendak dicapai.

Para ahli pada umumnya sepakat untuk menggunakan pemikiran dari Bloom sebagai tujuan pembelajaran yang dikenal dengan nama taxonomi Bloom (Bloom’s Taxonomy). Menurut Bloom perilaku individu dapat diklasifikasikan ke dalam 3 ranah, yaitu:[6]

1. Ranah kognitif; ranah yang berkaitan dengan aspek-aspek intelektual atau  berfikir/nalar, di dalamnya mencakup: pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension), penerapan (application), penguraian (analysis), memadukan (synthesis), dan penilaian (evaluation);

2. Ranah afektif; ranah yang berkaitan dengan aspek-aspek emosional, seperti perasaan, minat, sikap, kepatuhan terhadap moral dan sebagainya, di dalamnya mencakup: penerimaan (receiving/attending), sambutan (responding), penilaian (valuing), pengorganisasian (organization), dan karakterisasi (characterization); dan

3. Ranah psikomotor; ranah yang berkaitan dengan aspek-aspek keterampilan yang melibatkan fungsi sistem syaraf dan otot (neuronmuscular system) dan fungsi psikis. Ranah ini terdiri dari : kesiapan (set), peniruan (imitation), membiasakan ( habitual ), menyesuaikan (adaptation) dan menciptakan (origination).

Mengenai apa itu kognitif,  beberapa ahli psikologi yang mendefinisikan pengertian kognitif: [7]
1.   Terman mendefinisikan bahwa kognitif adalah kemampuan untuk berfikir secara  abstrak
2.   Colvin mendefinifikan bahwa kognitif adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya
3.   Henman mendefinisikan bahwa kognitif adalah intelektual ditambah dengan pengetahuan
4.   Hunt mendefinisikan bahwa kognitif adalah teknik untuk memproses informasi yang disediakan oleh indera.

Pamela Minet mendefinisikan bahwa perkembangan intelektual sama dengan perkembangan mental, sedangkan perkembangan kognitif adalah perkembangan pikiran. Pikiran adalah bagian dari proses berfikir dari otak untuk mengenali, memberi alasan rasional, mengatasi dan memahami kesempatan penting.[8]

Menurut Muhibbinsyah, istilah “cognitive” berasal dari kata cognition yang padanannya knowing yang berarti mengetahui. Dalam arti yang luas Neisser menjelaskan, cognition (kognisi) ialah perolehan, penataan dan penggunaan pengetahuan.[9] Dalam perkembangan selanjutnya, istilah kognitif menjadi populer sebagai salah satu domain atau wilayah/ranah psikologis manusia yang menurut Chaplin hal tersebut meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesengajaan dan keyakinan. [10]

Menurut Susanto,  kognitif adalah suatu proses berpikir, yaitu kemampuan individu untuk menghubungkan, menilai dan mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa. Proses kognitif berhubungan dengan tingkat kecerdasan (intelegensi) yang menandai seseorang dengan berbagai minat terutama sekali ditujukan kepada ide-ide dan belajar. Selanjutnya menurut Gardner dalam Susanto menyatakan intelegensi sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah atau untuk mencipta karya yang dihargai dalam suatu kebudayaan atau lebih. [11]

Jadi dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kognitif berarti persoalan yang menyangkut kemampuan untuk mengembangkan kemampuan rasional (akal) atau inteligensi

Menurut Permendikbud No. 137 tahun 2014,  standar kognitif pendidikan anak usia dini meliputi:[12]

1. belajar dan pemecahan masalah, mencakup kemampuan memecahkan masalah sederhana dalam kehidupan sehari-hari dengan cara fleksibel dan diterima sosial serta menerapkan pengetahuan atau pengalaman dalam konteks yang baru;
2. berfikir logis, mencakup berbagai perbedaan, klasifikasi, pola, berinisiatif, berencana, dan mengenal sebab-akibat;
3. berfikir simbolik, mencakup kemampuan mengenal, menyebutkan, dan menggunakan konsep bilangan, mengenal huruf, serta mampu merepresentasikan berbagai benda dan imajinasinya dalam bentuk gambar

Taxonomi Bloom
ranah kognitif pertama kali dikembangkan oleh Bloom. Ranah kognitif ialah kemampuan yang merupakan hasil kerja otak. Bloom (1956) membagi ranah kognitif ini menjadi enam tingkatan kemampuan yang tersusun secara hierarkis mulai dari: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Artinya, ke enam tingkatan ini mulai dari, C1, C2, C3, C4, C5, dan C6 merupakan jenjang kemampuan mulai dari yang rendah sampai yang paling tinggi. Ranah ini meliputi beberapa aspek, yaitu:[13]

1. Pengetahuan
Pengetahuan didefinisikan sebagai ingatan terhadap hal-hal yang telah dipelajari sebelumnya. Kemampuan ini merupakan kemampuan awal meliputi kemampuan mengetahui sekaligus menyampaikan ingatannya bila diperlukan. Hal ini termasuk mengingat bahan-bahan, benda, fakta, gejala, dan teori. Kata kuncinya meliputi definisikan, identifikasi, memberi nama, sebutkan, jodohkan, buat bagan, mengingat kembali, mengenali, memilih, memproduksi kembali, menyatakan. Contoh: menyebutkan nama suatu benda atau makhluk Tuhan.

2. Pemahaman
Pemahaman didefinisikan sebagai kemampuan untuk memahami materi/bahan. Proses pemahaman terjadi karena adanya kemampuan menjabarkan suatu materi/bahan lain. Seseorang yang mampu memahami sesuatu antara lain dapat menjelaskan narasi (pernyataan dengan kalimat sendiri) ke dalam angka, dapat menafsirkan sesuatu melalui pernyataan dengan kalimat sendiri atau dengan rangkuman. Pemahaman juga dapat ditunjukkan dengan kemampuan memperkirakan kecenderungan, kemampuan meramalkan akibat-akibat dari berbagai penyebab suatu gejala. Hasil belajar dari pemahaman lebih maju dari ingatan sederhana, hafalan atau pengetahuan tingkat rendah. Kata kuncinya meliputi mengubah, mempertahankan, membedakan, memperkirakan, menjelaskan, memperluas, generalisasi dan memberikan. Contoh: membedakan berbagai warna, rasa, bau dan benda.

3. Penerapan
Penerapan didefinisikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari dan dipahami ke dalam situasi konkrit, nyata, atau baru. Kemampuan ini mencakup penggunaan pengetahuan, aturan, rumus, konsep, prinsip, hukum, dan teori. Hasil belajar untuk kemampuan menerapkan ini tingkatannya lebih tinggi dari pemahaman. Kata kunci meliputi aplikasikan, ubah, hitung, kembangkan, tunjukkan, temukan, manipulasi, modifikasi, operasikan, prediksi, menyiapkan, memproduksi, mengaitkan, menunjukkan, memecahkan, menggunakan. Contoh: menggunakan jari atau benda untuk berhitung.

4. Analisis
Analisis ialah merupakan kemampuan untuk mengurakan materi ke dalam bagian-bagian atau komponen-komponen yang lebih terstruktur dan mudah dimengerti. Kemampuan menganalisis termasuk mengidentifikasi bagian-bagian, menganalisis kaitan antar bagian, serta mengenali atau mengemukakan organisasi dan hubungan antar bagian tersebut. Hasil belajar analisis merupakan tingkatan kognitif yang lebih tinggi dari kemampuan memahami dan menerapkan, karena untuk memiliki kemampuan menganalisis, seseorang harus mampu memahami isi/substansi sekaligus struktur organisasinya. Kata kuncinya meliputi analisa, pisahkan, bandingkan, kontras, diagram, memisahkan, membedakan, identifikasi, gambarkan, ambil kesimpulan, buat bagan, kaitkan, pilih, pisahkan. Contoh: menggambar suatu benda atau peristiwa.

5. Sintesis
Sintesis merupakan kemampuan untuk mengumpulkan bagian-bagian menjadi suatu bentuk yang utuh dan menyeluruh. Kemampuan ini meliputi memproduksi bentuk komunikasi yang unik dari segi tema dan cara meng-komunikasikannya, mengajukan proposal penelitian,membuat model atau pola yang mencerminkan struktur yang utuh dan menyeluruh dari keterkaitan pengertian atau informasi abstrak. Hasil belajar sintesis menekankan pada perilaku kreatif dengan mengutamakan perumusan pola atau struktur yang baru dan unik. Kata kuncinya meliputi kategori, kombinasikan, ciptakan, rancang, jelaskan, buatlah, modifikasi, organisasikan, rencanakan, atur kembali, susun kembali, kaitkan, organisasikan, kembali, revisi ulang, rangkum, ceritakan, tuliskan. Contoh: merancang bangunan dari potongan balok atau pazel.

6. Penilaian
Penilaian ialah kemampuan untuk memperkirakan dan menguji nilai sutau materi untuk tujuan tertentu. Penilaian didasari dengan kriteria yang terdefinisikan. Kriteria terdefinisikan ini mencakup kriteria internal (organisasi) atau kriteria eksternal (terkait dengan tujuan) yang telah ditentukan. Peserta didik dapat menentukan kriteria sendiri atau memperoleh kriteria dari nara sumber. Hasil belajar penailaian merupakan tingkatan kognitif paling tinggi sebab berisi unsur-unsur dari semua kategori, termasuk kesadasaran untuk melakukan pengujian yang syarat nilai dan kejelasan kriteria. Kata kuncinya meliputi nilai, bandingkan, simpulkan, kontraskan, mengkritik, mempertahankan, menjelaskan, membedakan, mengevaluasi, menginterpretasikan, memberikan alasan, menghubungkan, merangkum dan mendukung. Contoh: memilih gambar yang benar dan gambar yang salah.

C. Taxonomi Bloom Ranah Kognitif Versi Revisi

Lorin Anderson seorang murid Bloom merevisi taxonomi Bloom pada tahun 1990. Hasil perbaikannya dipublikasikan pada tahun 2001 dalam buku yang berjudul Taxonomy for Learning, Teaching and Assessing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives. Dalam revisi ini ada perubahan kata kunci, pada kategori dari kata benda menjadi kata kerja. Masing-masing kategori masih diurutkan secara hirarkis, dari urutan terendah ke yang lebih tinggi. Pada ranah kognitif kemampuan berpikir analisis dan sintesis diintegrasikan menjadi analisis saja. Tidak berubahnya jumlah dari enam kategori pada konsep terdahulu jumlahnya digambarkan versi lama dan versi baru taxonomi Bloom setelah dilakukan revisi oleh Lorin Anderson dkk.[14]

1. Remembering (mengingat)
Level ini merujuk pada kemampuan peserta didik untuk mengingat-ingat kembali (recall) apa yang disampaikan oleh pendidiknya. Peserta didik bisa menyampaikan informasi/pengetahuan sederhana secara verbal atau tulisan. Misalnya, tentang tanggal lahir suatu tokoh, nama-nama ilmuwan, nama-nama presiden, nama tempat, menghafal puisi, dll.

2. Understanding (memahami)
Level ini merujuk pada kemampuan peserta didik untuk memahami, menjabarkan, atau menegaskan informasi yang masuk seperti menafsirkan dengan bahasa sendiri memberi contoh, menjelaskan idea atau konsep, membuat summary dan melakukan intepretasi sederhana terhadap data/informasi. Misalnya, peserta didik diminta untuk menafsirkan informasi yang diberikan, menerjemahkan informasi dari satu media ke yang lain, atau secara sederhana memberikan penjelasan sesuatu dengan kata-kata mereka sendiri.

3. Applying (menerapkan)
Aplikasi memerlukan informasi yang dipelajari untuk digunakan dalam mencapai solusi atau menyelesaikan tugas. Contoh, peserta didik menerapkan aturan tata bahasa ketika menulis makalah, atau mereka menerapkan teorema geometris ketika memecahkan masalah geometri. Untuk dikategorikan sebagai kegiatan mengaplikasikan, masalah harus unik. Dalam level ini, peserta didik dapat melakukan aktivitas belajar dengan melaksanakan, menggunakan, menjalankan, melakukan, mempraktikkan, memilih, menyusun, memulai, menyelesaikan, mendeteksi, dsb.

4. Analysis (menganalisis)
Level ini merujuk pada kemampuan anak didik dalam menguraikan, membandingkan, mengorganisir, menyusun ulang, mengubah struktur, mengkerangkakan, menyusun outline, mengintegrasikan, membedakan, menyamakan, mengintegrasikan, mengelompokkan, menjelaskan cara kerja sesuatu, menganalisis hubungan antara bagian-bagian, mengenali motif atau struktur organisasi, dsb.

5. Evaluating (mengevaluasi)
Level ini merujuk pada kemampuan peserta didik memberikan justifikasi terhadap sesuatu yang dievaluasi. Ini berarti, peserta didik dengan sendirinya memiliki berbagai bahan pertimbangan yang diperlukan untuk memberi nilai. Contoh, peserta didik bisa diminta menentukan sumber energi terbaik bagi Indonesia. Intinya, peserta didik diminta memutuskan yang terbaik maupun terburuk;mengidentifikasi paling tidak atau paling penting yang membutuhkan pemikiran dan penalaran tingkat tinggi.

6. Creating (berkreasi)
Level ini merujuk pada kemampuan peserta didik memadukan berbagai macam informasi dan mengembangkannya sehingga terjadi sesuatu bentuk yang baru. Selain itu juga ditunjukkan dengan kemampuan dalam merancang, membangun,merencanakan, memproduksi, menemukan, membaharui, menyempurnakan, memperkuat, memperindah, menggubah, dsb.

Taxonomi Bloom revisi ini mencerminkan bentuk dimana siswa harus berpikir kritis dan aktif serta lebih akurat dari sebelumnya yaitu dari menggunakan kata benda menjadi kata kerja, seperti tabel di bawah ini:

Taxonomi Bloom Lama
Taxonomi Bloom Revisi
Pengetahuan
Mengingat
Pemahaman
Memahami
Penerapan
Menerapkan
Analisis
Menganalisis
Sintesis
Mengevaluasi
Evaluasi
Mencipta/Mengkreasi


D. Manfaat Model Taxonomi Bloom

Manfaat Model Taxonomi Bloom dalam PAUD adalah:

1. Sebagai sistem klasifikasi sasaran belajar

2. Sebagai cara untuk mengembangkan dan mengevaluasi pertanyaan yang diajukan pendidik kepada siswa.

Biasanya sebagian pertanyaan berada pada tingkat pengetahuan dan pemahaman, sehingga kurang memberi tantangan bagi siswa berbakat. Dengan pengembangan keterampilan untuk mengajukan pertanyaan pada setiap tingkat taxonomi, pendidik merangsang siswaa untuk lebih menggunakan kemampuan kognitif dan mengembangkan keterampilan berpikir tinggi. Siswa memerlukan latihan dan kesempatan untuk belajar berpikir dengan cara yang efektif. Jika pendidik belajar untuk mengajukan pertanyaan yang lebih baik, siswa juga akan mengembangkan kemampuannya dalam hal ini. Mula-mula pendidik dapat menggunakan catatan dengan pertanyaan pada setiap tingkat taxonomi Bloom untuk bahan yang diajarkan. Setelah menpraktekkan hal ini untuk waktu-waktu tertentu, akhirnya menjadi kebiyasaan dan tingkat sulit bagi pendidik. Tetapi jika mau yakin bahwa pertanyaan yang diajukan mencakup keenam tingkat pemikiran, pendidik dapat menggunakan tape recorder selama mengajar untuk kemudian dapat mengklasifikasi pertanyaannya sesuai dengan keenam tingkat taxonomi. 

3. Untuk mengembangkan kegiatan dan untuk menulis soal-soal ujian.

Kegiatan ini dapat dikembangkan menggunakan tingkat-tingkat yang berbeda dari taxonomi dan yang digunakan dalam pelajaran, atau sebagai tugas khusus diluar kelas. Kunci untuk menyusun kegiatan adalah memasukkan beberapa tingkat dalam setiap kegiatan atau mengusahakan keseimbangan dari semua tingkat untuk sekelompok kegiatan. Kemudian, jika kemahiran siswa dinilai, mereka harus diberi kesempatan untuk menunjukkan kemampuannya untuk berpikir diluar tingkat pengetahuan dan pemahaman. Keterampilan yang baru dikembangkan itu harus diukur melalui pertanyaan esai, demonstrasi, dan proyek.

4. Pendidik dapat mendiferensiasi pembelajaran tanpa perlu memisahkan siswa berbakat dari siswa yang lain

Taxonomi Bloom mengenai sasaran pendidikan ranah kognitif merupakan model yang relatif sederhana untuk diterapkan dan amat bermanfaat bagi yang menggunakannya: siswa dapat mengembangkan dan menggunakan keterampilan berpikir mereka dan dapat mendiferensiasi pembelajaran tanpa perlu memisahkan siswa berbakat dari siswa yang lain.

Pendidik hanya perlu menyesuaikan jumlah waktu untuk setiap tingkat taxonomi dengan tingkat kemampuan siswa. Siswa yang cepat menguasai tingakat-tingkat rendah taxonomi dapat menggunakan lebih banyak waktu untuk tingkat-tingakat rendah taxonomi dapat menggunakan lebih banyak waktu untuk tingkat-tingkat pemikiran yang tinggi. Dengan demikian semua siswa memperoleh pembelajaran yang sesuai dalam kerangka kerja yang sama. [15]

E. Kesimpulan

1. Taxonomi Bloom ranah kognitif bertujuan untuk mengelompokkan (mengklasifikasi kan) tingkat taxonomi berdasarkan kognitif merupakan salah satu ranah dalam taxonomi pendidikan. Secara umum kognitif diartikan potensi intelektual yang terdiri dari tahapan: pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehention), penerapan (application), analisa (analysis), sintesa (sinthesis), evaluasi (evaluation). Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak).
2. Lorin Anderson seorang murid Bloom merevisi taxonomi Bloom tahun 1990. Ranah kognitif terdiri tahapan : mengingat (remembering mengingat), memahami (understanding), menerapkan (applying), menganalisis (analysis), mengevaluasi  (evaluating), berkreasi (creating)

3. Manfaat model taxonomi Bloom adalah: sebagai sistem klasifikasi sasaran belajar, sebagai cara untuk mengembangkan dan mengevaluasi pertanyaan yang diajukan pendidik kepada siswa, untuk mengembangkan kegiatan dan untuk menulis soal-soal ujian, pendidik dapat mendiferensiasi pembelajaran tanpa perlu memisahkan siswa berbakat dari siswa yang lain

F. Saran

1. Disarankan untuk pendidik  PAUD dapat mempersiapkan RPPH (Rencana  Pelaksanaan Pembelajaran Harian) dapat menerapkan taxonomi Bloom untuk perumusan pelaksanaan kegiatan maupun indikator penilaian dengan mengacu pada Permendikbud nomor 137 tahun 2014 tentang Standar  Nasional Pendidikakn Anak Usia Dini.

2. Disarankan untuk pendidik  PAUD dapat menerapakan taxonomi Bloom dalam kegiatan belajar mengajar melalui sasaran dan kegiatan sesuai ranah kognitif terdiri tahapan : mengingat (remembering mengingat), memahami (understanding), menerapkan (applying), menganalisis (analysis), mengevaluasi  (evaluating), berkreasi (creating) sesuai dengan tingkat umur anak.

3. Disarankan lembaga PAUD untuk meningkatkan kegiatan pembelajaran dengan memfasilitasi media yang dibutuhkan oleh pendidik supaya lebih kreatif dan inovatif dalam meningkatkan kemampuan kognitif anak usia dini.

4. Disarankan lembaga PAUD
untuk meningkatkan kegiatan pembelajaran dengan memfasilitasi media yang dibutuhkan oleh pendidik supaya lebih kreatif dan inovatif dalam meningkatkan kemampuan kognitif anak usia dini.


Daftar Pustaka


Ahmad Susanto, Perkembangan Anak Usia Dini, Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2012

Khadijah, Pengembangan Kognitif Anak Usia Dini, Medan: Perdana Publishing, 2016

Muhibbinsyah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2013

Patmonodewo, Soemiarti,  Pendidikan Anak Prasekolah, 2010. Jakarta: Rineka Cipta

Permendikbud nomor 137 tahun 2014 tentang Standar  Nasional Pendidikakn Anak Usia Dini

Permendikbud No. 146 tahu 2014 tentang  Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini

Slamet Suyanto, Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, Yogyakarta: Hikayat Publishing, 2005

Syaiful Sagala. Konsep dan Makna Pembelajaran. Cet.VIII, Bandung: Alfabeta, 2010,

Trianto, Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik bagi Anak Usia Dini TK / RA dan Anak Usia Kelas Awal SD / MI, Jakarta: Kencana Prenada media Group. 2010

Utami Munandar. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. (Jakarta: Rineka Cipta, 2009

Yuli Kwartolo, Multiple Intelligences dan Implementasinya dalam Taxonomi Bloom,  Jurnal Penabur di  http://bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2 015/10/ jurnal-No18-Thn11-Juni2012.pdf

Yuliani Nurani Sujiono, dkk. Metode Pengembangan Kognitif, akarta: Universitas Terbuka, 2011




[1]. Slamet Suyanto, Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, (Yogyakarta: Hikayat Publishing, 2005), h. 2
[2]. Permendikbud No. 146 tahu 2014 tentang  Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini
[3]. Patmonodewo, Soemiarti,  Pendidikan Anak Prasekolah,  (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 27
[4]. Trianto, Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik bagi Anak Usia Dini TK / RA dan Anak Usia Kelas Awal SD / MI.(Jakarta: Kencana Prenada media Group. 2010), h. 26
[5]. Utami Munandar. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. (Jakarta: Rineka Cipta, 2009). h.165
[6]. Syaiful Sagala. Konsep dan Makna Pembelajaran. Cet.VIII, (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 2-3 
[7]. Yuliani Nurani Sujiono, dkk. Metode Pengembangan Kognitif, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2011), h. 1.6
[8]. Yuliani Nurani Sujiono, dkk. Metode Pengembangan ... h. 1.6
[9]. Muhibbinsyah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2013) h. 65
[10].Muhibbinsyah, Psikologi Pendidikan Dengan ... h. 65
[11].Ahmad Susanto, Perkembangan Anak Usia Dini, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2012), h. 47
[12].Permendikbud nomor 137 tahun 2014 tentang Standar  Nasional Pendidikakn Anak Usia Dini
[13].Khadijah, Pengembangan Kognitif Anak Usia Dini, (Medan: Perdana Publishing, 2016), h. 133
[14].Yuli Kwartolo, Multiple Intelligences dan Implementasinya dalam Taxonomi Bloom,  Jurnal Penabur di  http://bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No18-Thn11-Juni2012.pdf
[15].Yuliani Nurani Sujiono dkk,  Metode Pengembangan ... h. 9. 34

Tidak ada komentar:

Posting Komentar