oleh:
Azizatul Fuad, Mutmainah, Nana Maisyarah, Nurhayati, Yayu Sri Wahyuningsih
A. Pendahuluan
Pendidikan anak
usia dini menjadi pendidikan yang penting bagi seorang anak. Hal ini berkaitan
dengan masa pertumbuhan dan perkembangan otak anak yang sudah mencapai 80% pada
usia 6 tahun. Pada usia tersebut segala sesuatu yang diterima anak akan dapat
memberikan bekas yang kuat dan tahan lama. Kesalahan dalam mendidik anak akan
memberikan efek negatif jangka panjang yang sulit diperbaiki.[1]
Struktur
kurikulum PAUD memuat program-program pengembangan yang mencakup: a. nilai
agama dan moral; b. fisik-motorik; c. kognitif; d. bahasa; e. sosial-emosional;
dan f. seni. Program pengembangan nilai agama dan moral mencakup perwujudan
suasana belajar untuk berkembangnya perilaku baik yang bersumber dari nilai
agama dan moral serta bersumber dari kehidupan bermasyarakat dalam konteks
bermain. Program pengembangan fisik-motorik mencakup perwujudan suasana untuk
berkembangnya kematangan kinestetik dalam konteks bermain. Program pengembangan
kognitif mencakup perwujudan suasana untuk berkembangnya kematangan proses
berfikir dalam konteks bermain. Program pengembangan bahasa mencakup perwujudan
suasana untuk berkembangnya kematangan bahasa dalam konteks bermain. Program
pengembangan sosial-emosional mencakup perwujudan suasana untuk berkembangnya
kepekaan, sikap, dan keterampilan sosial serta kematangan emosi dalam konteks
bermain. Program pengembangan seni mencakup perwujudan suasana untuk
berkembangnya eksplorasi, ekspresi, dan apresiasi seni dalam konteks bermain. Ke enam (6) program
pengembangan di atas diberikan
melalui rangsangan pendidikan yang dilakukan oleh pendidik dalam kegiatan
belajar melalui suasana bermain. [2]
Kognitif berhubungan dengan
tingkat kecerdasan (intelegensi) yang menandai seseorang dengan berbagai minat
terutama sekali ditujukan kepada ide-ide dan belajar. Dalam memberikan
stimulasi untuk mengembangkan aspek kognitif tersebut, tentulah pemahaman akan
metode pengembangan yang berkaitan dengan kognitif sangat diperlukan. Kognitif
berarti persoalan yang menyangkut kemampuan untuk mengembangkan kemampuan
rasional (akal). Teori kognitif lebih menekankan bagaimana proses atau upaya
untuk mengoptimalkan kemampuan aspek rasional yang dimiliki oleh orang lain.
Kognitif adalah salah satu ranah
dalam taxonomi pendidikan. Secara umum kognitif diartikan potensi intelektual
yang terdiri dari tahapan: pengetahuan (knowledge),
pemahaman (comprehention), penerapan
(aplication), analisa (analysis), sintesa (sinthesis), evaluasi (evaluation).
Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Kognitif
sering kali diartikan sebagai kecerdasan, daya nalar atau berpikir . Kognitif
adalah pengertian yang luas mengenai berpikir dan mengamati sehingga muncul
tingkah laku yang mengakibatkan orang memperoleh pengetahuan atau yang
dibutuhkan untuk menggunakan pengetahuan.[3]
Kognitif atau intelektual adalah suatu proses berfikir berupa kemampuan atau
daya untuk menghubungkan suatu peristiwa dengan peristiwa lainnya serta kemampuan
menilai dan mempertimbangkan segala sesuatu yang diamati dari dunia sekitar.
Kognitif dapat diartikan sebagai pengetahuan
yang luas daya nalar, kreatifitas atau daya cipta, kemampuan berbahasa
serta daya ingat. Gabungan antara kematangan anak dengan pengaruh lingkungan
disebut kognisi. Faktor kognitif mempunyai
peranan penting bagi keberhasilan anak dalam belajar karena sebagian besar
aktivitas dalam belajar selalu berhubungan dengan masalah mengingat dan
berpikir. Perkembangan
kognitif menunjukkan perkembangan dari cara anak berpikir. Kemampuan anak untuk
mengkoordinasikan berbagai cara berpikir untuk menyelesaikan berbagai masalah
dapat dipergunakan sebagai tolak ukur
pertumbuhan kecerdasan. Perkembangan
kognitif dimaksudkan agar anak mampu melakukan eksplorasi terhadap dunia
sekitar melalui panca inderanya sehingga dengan pengetahuan yang didapatkannya
tersebut anak dapat melangsungkan hidupnya.
Pengembangan
kemampuan kognitif anak di TK bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berfikir
agar anak dapat mengolah perolehan belajarnya, dapat menemukan bermacam-macam
alternatif pemecahan masalah, membantu anak dalam mengembangkan kemampuan logika matematikanya.
Terkadang kemampuan logika ini disebut juga sebagai kemampuan berfikir anak.
Piaget menjelaskan bahwa kemampuan anak untuk beradaptasi dengan lingkungan
sudah dirintis sejak kecil sejalan dengan perkembangan anak usia PAUD sudah
dapat mengenal lingkungan sekitarnya. Perkembangan kognitif anak usia TK
menurut Piaget berada pada tahap pra operasional. Pada tahap ini, pemikiran
anak masih didominasi oleh hal-hal yang berkaitan dengan aktivitas fisik dan
pengalamnnya sendiri sekalipun yang ada dalam pikirannya tidak selalu
ditampilkan lewat tingkah laku nyata.[4]
B. Taxonomi Bloom Ranah Kognitif
Secara bahasa taxonomi diambil
dari bahasa Yunani yaitu tassein dan nomos. Tassein yang berarti untuk mengelompokan dan nomos yang berarti aturan. Taxonomi
dapat pula diartikan secara istilah yaitu, sebagai pengelompokan suatu hal berdasarkan hierarki
(tingkatan) tertentu. Dimana taxonomi
yang lebih tinggi bersifat lebih umum atau masih luas dan taxonomi yang lebih rendah bersifat lebih
spesifik atau lebih teperinci.[5] Jadi taxonomi
dapat dikatakan sebagai acuan ataupun aturan dari pengelompokkan hasil belajar
dan tujuan pendidikan yang hendak dicapai.
Para ahli pada umumnya sepakat
untuk menggunakan pemikiran dari Bloom sebagai tujuan pembelajaran yang dikenal
dengan nama taxonomi Bloom (Bloom’s Taxonomy).
Menurut Bloom perilaku individu dapat diklasifikasikan ke dalam 3 ranah, yaitu:[6]
1. Ranah kognitif; ranah yang
berkaitan dengan aspek-aspek intelektual atau berfikir/nalar, di dalamnya mencakup:
pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension), penerapan (application),
penguraian (analysis), memadukan (synthesis), dan penilaian (evaluation);
2. Ranah afektif; ranah yang
berkaitan dengan aspek-aspek emosional, seperti perasaan, minat, sikap,
kepatuhan terhadap moral dan sebagainya, di dalamnya mencakup: penerimaan (receiving/attending),
sambutan (responding), penilaian (valuing), pengorganisasian (organization),
dan karakterisasi (characterization); dan
3. Ranah psikomotor; ranah yang
berkaitan dengan aspek-aspek keterampilan yang melibatkan fungsi sistem syaraf
dan otot (neuronmuscular system) dan
fungsi psikis. Ranah ini terdiri dari : kesiapan (set), peniruan (imitation),
membiasakan ( habitual ), menyesuaikan (adaptation) dan
menciptakan (origination).
1.
Terman mendefinisikan bahwa kognitif adalah kemampuan untuk
berfikir secara abstrak
2.
Colvin mendefinifikan bahwa kognitif adalah kemampuan untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungannya
3.
Henman mendefinisikan bahwa kognitif adalah intelektual ditambah
dengan pengetahuan
4.
Hunt mendefinisikan bahwa kognitif adalah teknik untuk memproses
informasi yang disediakan oleh indera.
Pamela Minet mendefinisikan bahwa
perkembangan intelektual sama dengan perkembangan mental, sedangkan
perkembangan kognitif adalah perkembangan pikiran. Pikiran adalah bagian dari
proses berfikir dari otak untuk mengenali, memberi alasan rasional, mengatasi
dan memahami kesempatan penting.[8]
Menurut Muhibbinsyah, istilah “cognitive” berasal dari kata cognition
yang padanannya knowing yang berarti
mengetahui. Dalam arti yang luas Neisser menjelaskan, cognition (kognisi) ialah perolehan, penataan dan penggunaan
pengetahuan.[9]
Dalam perkembangan selanjutnya, istilah kognitif menjadi populer sebagai salah
satu domain atau wilayah/ranah psikologis manusia yang menurut Chaplin hal
tersebut meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan pemahaman,
pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesengajaan dan
keyakinan. [10]
Menurut Susanto, kognitif adalah suatu proses berpikir, yaitu
kemampuan individu untuk menghubungkan, menilai dan mempertimbangkan suatu
kejadian atau peristiwa. Proses kognitif berhubungan dengan tingkat kecerdasan
(intelegensi) yang menandai seseorang
dengan berbagai minat terutama sekali ditujukan kepada ide-ide dan belajar.
Selanjutnya menurut Gardner dalam Susanto menyatakan intelegensi sebagai
kemampuan untuk memecahkan masalah atau untuk mencipta karya yang dihargai
dalam suatu kebudayaan atau lebih. [11]
Jadi dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan kognitif berarti persoalan yang menyangkut
kemampuan untuk mengembangkan kemampuan rasional (akal) atau inteligensi
1. belajar dan pemecahan masalah,
mencakup kemampuan memecahkan masalah sederhana dalam kehidupan sehari-hari
dengan cara fleksibel dan diterima sosial serta menerapkan pengetahuan atau
pengalaman dalam konteks yang baru;
2. berfikir logis, mencakup berbagai
perbedaan, klasifikasi, pola, berinisiatif, berencana, dan mengenal
sebab-akibat;
3. berfikir simbolik, mencakup kemampuan
mengenal, menyebutkan, dan menggunakan konsep bilangan, mengenal huruf, serta
mampu merepresentasikan berbagai benda dan imajinasinya dalam bentuk gambar
Taxonomi Bloom ranah kognitif pertama kali dikembangkan oleh Bloom. Ranah kognitif ialah kemampuan yang merupakan hasil kerja otak. Bloom (1956) membagi ranah kognitif ini menjadi enam tingkatan kemampuan yang tersusun secara hierarkis mulai dari: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Artinya, ke enam tingkatan ini mulai dari, C1, C2, C3, C4, C5, dan C6 merupakan jenjang kemampuan mulai dari yang rendah sampai yang paling tinggi. Ranah ini meliputi beberapa aspek, yaitu:[13]
Taxonomi Bloom ranah kognitif pertama kali dikembangkan oleh Bloom. Ranah kognitif ialah kemampuan yang merupakan hasil kerja otak. Bloom (1956) membagi ranah kognitif ini menjadi enam tingkatan kemampuan yang tersusun secara hierarkis mulai dari: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Artinya, ke enam tingkatan ini mulai dari, C1, C2, C3, C4, C5, dan C6 merupakan jenjang kemampuan mulai dari yang rendah sampai yang paling tinggi. Ranah ini meliputi beberapa aspek, yaitu:[13]
1. Pengetahuan
Pengetahuan didefinisikan sebagai ingatan
terhadap hal-hal yang telah dipelajari sebelumnya. Kemampuan ini merupakan
kemampuan awal meliputi kemampuan mengetahui sekaligus menyampaikan ingatannya
bila diperlukan. Hal ini termasuk mengingat bahan-bahan, benda, fakta, gejala,
dan teori. Kata kuncinya meliputi definisikan, identifikasi, memberi nama,
sebutkan, jodohkan, buat bagan, mengingat kembali, mengenali, memilih,
memproduksi kembali, menyatakan. Contoh: menyebutkan nama suatu benda atau
makhluk Tuhan.
2. Pemahaman
Pemahaman didefinisikan sebagai
kemampuan untuk memahami materi/bahan. Proses pemahaman terjadi karena adanya
kemampuan menjabarkan suatu materi/bahan lain. Seseorang yang mampu memahami
sesuatu antara lain dapat menjelaskan narasi (pernyataan dengan kalimat
sendiri) ke dalam angka, dapat menafsirkan sesuatu melalui pernyataan dengan
kalimat sendiri atau dengan rangkuman. Pemahaman juga dapat ditunjukkan dengan
kemampuan memperkirakan kecenderungan, kemampuan meramalkan akibat-akibat dari
berbagai penyebab suatu gejala. Hasil belajar dari pemahaman lebih maju dari
ingatan sederhana, hafalan atau pengetahuan tingkat rendah. Kata kuncinya
meliputi mengubah, mempertahankan, membedakan, memperkirakan, menjelaskan,
memperluas, generalisasi dan memberikan. Contoh: membedakan berbagai warna,
rasa, bau dan benda.
3. Penerapan
Penerapan didefinisikan sebagai
kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari dan dipahami ke dalam
situasi konkrit, nyata, atau baru. Kemampuan ini mencakup penggunaan
pengetahuan, aturan, rumus, konsep, prinsip, hukum, dan teori. Hasil belajar
untuk kemampuan menerapkan ini tingkatannya lebih tinggi dari pemahaman. Kata
kunci meliputi aplikasikan, ubah, hitung, kembangkan, tunjukkan, temukan,
manipulasi, modifikasi, operasikan, prediksi, menyiapkan, memproduksi,
mengaitkan, menunjukkan, memecahkan, menggunakan. Contoh: menggunakan jari atau
benda untuk berhitung.
4. Analisis
Analisis ialah merupakan
kemampuan untuk mengurakan materi ke dalam bagian-bagian atau komponen-komponen
yang lebih terstruktur dan mudah dimengerti. Kemampuan menganalisis termasuk
mengidentifikasi bagian-bagian, menganalisis kaitan antar bagian, serta
mengenali atau mengemukakan organisasi dan hubungan antar bagian tersebut.
Hasil belajar analisis merupakan tingkatan kognitif yang lebih tinggi dari
kemampuan memahami dan menerapkan, karena untuk memiliki kemampuan
menganalisis, seseorang harus mampu memahami isi/substansi sekaligus struktur
organisasinya. Kata kuncinya meliputi analisa, pisahkan, bandingkan, kontras,
diagram, memisahkan, membedakan, identifikasi, gambarkan, ambil kesimpulan,
buat bagan, kaitkan, pilih, pisahkan. Contoh: menggambar suatu benda atau
peristiwa.
5. Sintesis
Sintesis merupakan kemampuan
untuk mengumpulkan bagian-bagian menjadi suatu bentuk yang utuh dan menyeluruh.
Kemampuan ini meliputi memproduksi bentuk komunikasi yang unik dari segi tema
dan cara meng-komunikasikannya, mengajukan proposal penelitian,membuat model
atau pola yang mencerminkan struktur yang utuh dan menyeluruh dari keterkaitan
pengertian atau informasi abstrak. Hasil belajar sintesis menekankan pada
perilaku kreatif dengan mengutamakan perumusan pola atau struktur yang baru dan
unik. Kata kuncinya meliputi kategori, kombinasikan, ciptakan, rancang,
jelaskan, buatlah, modifikasi, organisasikan, rencanakan, atur kembali, susun
kembali, kaitkan, organisasikan, kembali, revisi ulang, rangkum, ceritakan,
tuliskan. Contoh: merancang bangunan dari potongan balok atau pazel.
6. Penilaian
Penilaian ialah kemampuan untuk
memperkirakan dan menguji nilai sutau materi untuk tujuan tertentu. Penilaian
didasari dengan kriteria yang terdefinisikan. Kriteria terdefinisikan ini
mencakup kriteria internal (organisasi) atau kriteria eksternal (terkait dengan
tujuan) yang telah ditentukan. Peserta didik dapat menentukan kriteria sendiri
atau memperoleh kriteria dari nara sumber. Hasil belajar penailaian merupakan
tingkatan kognitif paling tinggi sebab berisi unsur-unsur dari semua kategori,
termasuk kesadasaran untuk melakukan pengujian yang syarat nilai dan kejelasan
kriteria. Kata kuncinya meliputi nilai, bandingkan, simpulkan, kontraskan,
mengkritik, mempertahankan, menjelaskan, membedakan, mengevaluasi,
menginterpretasikan, memberikan alasan, menghubungkan, merangkum dan mendukung.
Contoh: memilih gambar yang benar dan gambar yang salah.
C. Taxonomi Bloom Ranah Kognitif
Versi
Revisi
Lorin Anderson seorang murid Bloom
merevisi taxonomi Bloom pada tahun 1990. Hasil perbaikannya dipublikasikan pada
tahun 2001 dalam buku yang berjudul Taxonomy for Learning, Teaching and
Assessing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives. Dalam
revisi ini ada perubahan kata kunci, pada kategori dari kata benda menjadi kata
kerja. Masing-masing kategori masih diurutkan secara hirarkis, dari urutan
terendah ke yang lebih tinggi. Pada ranah kognitif kemampuan berpikir analisis
dan sintesis diintegrasikan menjadi analisis saja. Tidak
berubahnya jumlah dari enam kategori pada konsep terdahulu jumlahnya
digambarkan versi lama dan versi baru taxonomi Bloom setelah dilakukan revisi
oleh Lorin Anderson dkk.[14]
1. Remembering (mengingat)
Level ini merujuk pada kemampuan
peserta didik untuk mengingat-ingat kembali (recall) apa yang
disampaikan oleh pendidiknya. Peserta didik bisa menyampaikan
informasi/pengetahuan sederhana secara verbal atau tulisan. Misalnya, tentang
tanggal lahir suatu tokoh, nama-nama ilmuwan, nama-nama presiden, nama tempat,
menghafal puisi, dll.
2. Understanding (memahami)
Level ini merujuk pada kemampuan
peserta didik untuk memahami, menjabarkan, atau menegaskan informasi yang masuk
seperti menafsirkan dengan bahasa sendiri memberi contoh, menjelaskan idea atau
konsep, membuat summary dan melakukan intepretasi sederhana terhadap
data/informasi. Misalnya, peserta didik diminta untuk menafsirkan informasi
yang diberikan, menerjemahkan informasi dari satu media ke yang lain, atau
secara sederhana memberikan penjelasan sesuatu dengan kata-kata mereka sendiri.
3. Applying (menerapkan)
Aplikasi memerlukan informasi
yang dipelajari untuk digunakan dalam mencapai solusi atau menyelesaikan tugas.
Contoh, peserta didik menerapkan aturan tata bahasa ketika menulis makalah,
atau mereka menerapkan teorema geometris ketika memecahkan masalah geometri.
Untuk dikategorikan sebagai kegiatan mengaplikasikan, masalah harus unik. Dalam
level ini, peserta didik dapat melakukan aktivitas belajar dengan melaksanakan,
menggunakan, menjalankan, melakukan, mempraktikkan, memilih, menyusun, memulai,
menyelesaikan, mendeteksi, dsb.
4. Analysis (menganalisis)
Level ini merujuk pada kemampuan
anak didik dalam menguraikan, membandingkan, mengorganisir, menyusun ulang,
mengubah struktur, mengkerangkakan, menyusun outline, mengintegrasikan,
membedakan, menyamakan, mengintegrasikan, mengelompokkan, menjelaskan cara
kerja sesuatu, menganalisis hubungan antara bagian-bagian, mengenali motif atau
struktur organisasi, dsb.
5. Evaluating (mengevaluasi)
Level ini merujuk pada kemampuan
peserta didik memberikan justifikasi terhadap sesuatu yang dievaluasi. Ini
berarti, peserta didik dengan sendirinya memiliki berbagai bahan pertimbangan
yang diperlukan untuk memberi nilai. Contoh, peserta didik bisa diminta
menentukan sumber energi terbaik bagi Indonesia. Intinya, peserta didik diminta
memutuskan yang terbaik maupun terburuk;mengidentifikasi paling tidak atau
paling penting yang membutuhkan pemikiran dan penalaran tingkat tinggi.
6. Creating (berkreasi)
Level ini merujuk
pada kemampuan peserta didik memadukan berbagai macam informasi dan
mengembangkannya sehingga terjadi sesuatu bentuk yang baru. Selain itu juga
ditunjukkan dengan kemampuan dalam merancang, membangun,merencanakan,
memproduksi, menemukan, membaharui, menyempurnakan, memperkuat, memperindah,
menggubah, dsb.
Taxonomi Bloom revisi ini
mencerminkan bentuk dimana siswa harus berpikir kritis dan aktif serta lebih
akurat dari sebelumnya yaitu dari menggunakan kata benda menjadi kata kerja,
seperti tabel di bawah ini:
Taxonomi Bloom Lama
|
Taxonomi Bloom Revisi
|
Pengetahuan
|
Mengingat
|
Pemahaman
|
Memahami
|
Penerapan
|
Menerapkan
|
Analisis
|
Menganalisis
|
Sintesis
|
Mengevaluasi
|
Evaluasi
|
Mencipta/Mengkreasi
|
D. Manfaat Model Taxonomi Bloom
Manfaat
Model Taxonomi
Bloom dalam PAUD adalah:
1. Sebagai sistem klasifikasi
sasaran belajar
2. Sebagai cara untuk mengembangkan
dan mengevaluasi pertanyaan yang diajukan pendidik kepada siswa.
Biasanya
sebagian pertanyaan berada pada tingkat pengetahuan dan pemahaman, sehingga
kurang memberi tantangan bagi siswa berbakat. Dengan pengembangan keterampilan
untuk mengajukan pertanyaan pada setiap tingkat taxonomi, pendidik merangsang
siswaa untuk lebih menggunakan kemampuan kognitif dan mengembangkan
keterampilan berpikir tinggi. Siswa memerlukan latihan dan kesempatan untuk
belajar berpikir dengan cara yang efektif. Jika pendidik belajar untuk
mengajukan pertanyaan yang lebih baik, siswa juga akan mengembangkan
kemampuannya dalam hal ini. Mula-mula pendidik dapat
menggunakan catatan dengan pertanyaan pada setiap tingkat taxonomi Bloom untuk
bahan yang diajarkan. Setelah menpraktekkan hal ini untuk waktu-waktu tertentu,
akhirnya menjadi kebiyasaan dan tingkat sulit bagi pendidik. Tetapi jika mau
yakin bahwa pertanyaan yang diajukan mencakup keenam tingkat pemikiran, pendidik
dapat menggunakan tape recorder selama mengajar untuk kemudian dapat
mengklasifikasi pertanyaannya sesuai dengan keenam tingkat taxonomi.
3. Untuk mengembangkan kegiatan dan untuk menulis
soal-soal ujian.
Kegiatan
ini dapat
dikembangkan menggunakan tingkat-tingkat yang berbeda dari taxonomi dan yang
digunakan dalam pelajaran, atau sebagai tugas khusus diluar kelas. Kunci untuk
menyusun kegiatan adalah memasukkan beberapa tingkat dalam setiap kegiatan atau
mengusahakan keseimbangan dari semua tingkat untuk sekelompok kegiatan. Kemudian,
jika kemahiran siswa dinilai, mereka harus diberi kesempatan untuk menunjukkan
kemampuannya untuk berpikir diluar tingkat pengetahuan dan pemahaman.
Keterampilan yang baru dikembangkan itu harus diukur melalui pertanyaan esai,
demonstrasi, dan proyek.
4. Pendidik dapat mendiferensiasi
pembelajaran tanpa perlu memisahkan siswa berbakat dari siswa yang lain
Taxonomi
Bloom mengenai sasaran pendidikan ranah kognitif merupakan
model yang relatif sederhana untuk diterapkan dan amat bermanfaat bagi yang
menggunakannya: siswa dapat mengembangkan dan menggunakan keterampilan berpikir
mereka dan dapat
mendiferensiasi pembelajaran tanpa perlu memisahkan siswa berbakat dari siswa
yang lain.
Pendidik hanya perlu menyesuaikan
jumlah waktu untuk setiap tingkat taxonomi dengan tingkat kemampuan siswa.
Siswa yang cepat menguasai tingakat-tingkat rendah taxonomi dapat menggunakan
lebih banyak waktu untuk tingkat-tingakat rendah taxonomi dapat menggunakan lebih banyak waktu untuk
tingkat-tingkat pemikiran
yang tinggi. Dengan
demikian semua siswa memperoleh pembelajaran yang sesuai dalam kerangka kerja
yang sama. [15]
E.
Kesimpulan
1. Taxonomi Bloom ranah
kognitif bertujuan untuk mengelompokkan (mengklasifikasi kan) tingkat taxonomi
berdasarkan kognitif merupakan salah satu ranah dalam taxonomi pendidikan.
Secara umum kognitif diartikan potensi intelektual yang terdiri dari tahapan:
pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehention), penerapan (application), analisa (analysis),
sintesa (sinthesis), evaluasi (evaluation). Ranah kognitif adalah ranah
yang mencakup kegiatan mental (otak).
2.
Lorin Anderson
seorang murid Bloom merevisi taxonomi Bloom tahun 1990. Ranah kognitif terdiri
tahapan : mengingat (remembering mengingat), memahami (understanding), menerapkan (applying), menganalisis
(analysis), mengevaluasi (evaluating),
berkreasi (creating)
3.
Manfaat model taxonomi Bloom adalah: sebagai
sistem klasifikasi sasaran belajar, sebagai
cara untuk mengembangkan dan mengevaluasi pertanyaan yang diajukan pendidik
kepada siswa, untuk
mengembangkan kegiatan dan untuk menulis
soal-soal ujian, pendidik dapat
mendiferensiasi pembelajaran tanpa perlu memisahkan siswa berbakat dari siswa
yang lain
F. Saran
1. Disarankan untuk pendidik PAUD dapat mempersiapkan RPPH (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian) dapat menerapkan
taxonomi Bloom untuk perumusan pelaksanaan kegiatan maupun indikator penilaian
dengan mengacu pada Permendikbud nomor 137 tahun 2014 tentang
Standar Nasional Pendidikakn Anak Usia
Dini.
2. Disarankan
untuk pendidik PAUD dapat menerapakan taxonomi
Bloom dalam kegiatan belajar mengajar melalui sasaran dan kegiatan sesuai ranah
kognitif terdiri tahapan : mengingat
(remembering mengingat), memahami (understanding), menerapkan (applying),
menganalisis (analysis), mengevaluasi (evaluating), berkreasi (creating)
sesuai dengan tingkat umur anak.
3. Disarankan lembaga PAUD untuk
meningkatkan kegiatan pembelajaran dengan
memfasilitasi media yang
dibutuhkan oleh pendidik supaya
lebih kreatif dan inovatif dalam meningkatkan kemampuan kognitif anak usia dini.
4. Disarankan lembaga PAUD untuk meningkatkan kegiatan pembelajaran dengan memfasilitasi media yang dibutuhkan oleh pendidik supaya lebih kreatif dan inovatif dalam meningkatkan kemampuan kognitif anak usia dini.
4. Disarankan lembaga PAUD untuk meningkatkan kegiatan pembelajaran dengan memfasilitasi media yang dibutuhkan oleh pendidik supaya lebih kreatif dan inovatif dalam meningkatkan kemampuan kognitif anak usia dini.
Daftar Pustaka
Ahmad Susanto, Perkembangan Anak Usia Dini, Jakarta:
Kencana Prenada Media Grup, 2012
Khadijah, Pengembangan Kognitif Anak Usia Dini,
Medan: Perdana Publishing, 2016
Muhibbinsyah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru,
Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2013
Patmonodewo,
Soemiarti, Pendidikan Anak Prasekolah, 2010. Jakarta: Rineka Cipta
Permendikbud nomor 137
tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikakn Anak Usia Dini
Permendikbud No. 146
tahu 2014 tentang Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini
Slamet Suyanto, Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini,
Yogyakarta: Hikayat Publishing, 2005
Syaiful Sagala. Konsep dan Makna Pembelajaran. Cet.VIII,
Bandung: Alfabeta, 2010,
Trianto, Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik
bagi Anak Usia Dini TK / RA dan Anak Usia Kelas Awal SD / MI, Jakarta:
Kencana Prenada media Group. 2010
Utami Munandar. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat.
(Jakarta: Rineka Cipta, 2009
Yuli Kwartolo, Multiple Intelligences dan Implementasinya
dalam Taxonomi Bloom, Jurnal Penabur
di
http://bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2 015/10/
jurnal-No18-Thn11-Juni2012.pdf
Yuliani Nurani
Sujiono, dkk. Metode Pengembangan
Kognitif, akarta: Universitas Terbuka, 2011
[1]. Slamet Suyanto, Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, (Yogyakarta: Hikayat
Publishing, 2005), h. 2
[2]. Permendikbud No. 146 tahu 2014 tentang
Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini
[4]. Trianto, Desain Pengembangan Pembelajaran
Tematik bagi Anak Usia Dini TK / RA dan Anak Usia Kelas Awal SD / MI.(Jakarta: Kencana Prenada media
Group. 2010), h. 26
[7]. Yuliani Nurani Sujiono, dkk. Metode Pengembangan Kognitif, (Jakarta: Universitas
Terbuka, 2011), h. 1.6
[9]. Muhibbinsyah, Psikologi
Pendidikan Dengan Pendekatan Baru (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2013) h.
65
[14].Yuli Kwartolo, Multiple Intelligences dan Implementasinya dalam Taxonomi Bloom, Jurnal Penabur di
http://bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No18-Thn11-Juni2012.pdf