oleh: Azizah F
Parenting adalah upaya pendidikan yang
dilaksanakan oleh keluarga dengan memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia
dalam keluarga dan lingkungan yang berbentuk kegiatan belajar secara
mandiri.Parenting sebagai proses interaksi berkelanjutan antara orang tua dan
anak-anak mereka yang meliputi aktivitas-aktivitas sebagai berikut : memberi
makan (nourishing),memberi petunjuk
(guiding), dan melindungi (protecting)
anak-anak ketika mereka tumbuh berkembang.
WhatsApp Messenger atau WhatsApp saja adalah aplikasi pesan untuk smartphone dengan dasar
mirip BlackBerry Messenger. WhatsApp Messenger merupakan aplikasi pesan lintas
platform yang memungkinkan kita bertukar pesan tanpa biaya SMS, karena WhatsApp
Messenger menggunakan paket data internet yang sama untuk email, browsing web,
dan lain-lain. Aplikasi WhatsApp Messenger menggunakan koneksi 3G atau WiFi
untuk komunikasi data. Dengan menggunakan WhatsApp, kita dapat melakukan
obrolan online, berbagi file, bertukar foto dan lain-lain.
Rupanya banyak nasehat,
motivasi, ungkapan, kata-kata yang berkaitan dengan parenting yang sering
kita peroleh dari WhatsApp namun kadang kita hapus dan lupa, begitu kita ingin
menasehati diri kita atau nasehati anak-anak, kita jadi ingat dulu pernah dapat.
Ini ada beberapa parenting dari WhatsApp yang
penting buat kita orang tua, guru, ustadzah, ibu-ibu, maupun calon ibu, juga
anak-anak.
A. Bercanda
Dengan Istri & Bermain Dengan Anak
Imam Ibnu Muflih pernah menukil ucapan Imam Ibnu Aqil
al-Hambali semoga Allah merahmati
keduanya dari kitab beliau "
al-Funun ".
Katanya, " Dahulu Nabi shallallaahu ' alaihi wasallam
membuat tarian untuk al-Hasan dan al-Husain dan mencandai keduanya.
Beliau juga pernah berlomba lari bersama Aisyah dan
memanjakan para istrinya.
Dan seorang yang berakal apabila dia sedang berkumpul bersama
para istrinya dan budak-budak perempuannya, maka dia akan mengesampingkan
akalnya seperti halnya seorang Syaikh yang terhormat, dia bercanda, bersenda
gurau dan berkelakar untuk memberikan hak istri dan jiwanya.
Dan jika dia sedang bersama anak-anaknya, maka dia akan
berkelakuan layaknya anak kecil.
Sumber : [Al-adabus syar'iyyah 3/239]
B. Jangan Buang Orang Tua Kita
Di Jepang dulu pernah
ada tradisi membuang orang yang sudah tua ke hutan. Mereka yang dibuang adalah
orang tua yang sudah tidak berdaya sehingga tidak memberatkan kehidupan
anak-anaknya._
Pada suatu hari ada
seorang pemuda yang berniat membuang ibunya ke hutan, karena si Ibu telah
lumpuh dan agak pikun.
Si pemuda tampak
bergegas menyusuri hutan sambil menggendong ibunya. Si Ibu yang kelihatan tak
berdaya berusaha menggapai setiap ranting pohon yang bisa diraihnya lalu
mematahkannya dan menaburkannya di sepanjang jalan yang mereka lalui.
Sesampai di dalam hutan
yang sangat lebat, si anak menurunkan Ibu tersebut dan mengucapkan kata
perpisahan sambil berusaha menahan sedih karena ternyata dia tidak menyangka
tega melakukan perbuatan ini terhadap Ibunya.
Justru si Ibu yang
tampak tegar, dalam senyumnya dia berkata: “Anakku, Ibu sangat menyayangimu.
Sejak kau kecil sampai dewasa Ibu selalu merawatmu dengan segenap cintaku.
Bahkan sampai hari ini rasa sayangku tidak berkurang sedikitpun. Tadi Ibu sudah
menandai sepanjang jalan yang kita lalui dengan ranting-ranting kayu. Ibu takut
kau tersesat, ikutilah tanda itu agar kau selamat sampai dirumah”
Setelah mendengar
kata-kata tersebut, si anak menangis dengan sangat keras, kemudian langsung
memeluk ibunya dan kembali menggendongnya untuk membawa si Ibu pulang ke rumah.
Pemuda tersebut akhirnya
merawat Ibu yang sangat mengasihinya sampai Ibunya meninggal.
“Orang tua” bukan barang rongsokan yang bisa dibuang atau diabaikan
setelah terlihat tidak berdaya. Karena pada saat engkau sukses atau saat engkau
dalam keadaan susah, hanya ‘orang tua’ yang mengerti kita dan batinnya akan
menderita kalau kita susah. ‘Orang tua’ kita tidak pernah meninggalkan kita,
bagaimanapun keadaan kita, walaupun kita pernah kurang ajar kepada orang tua.
Namun Bapak dan Ibu kita akan tetap mengasihi kita.
Mari kita merenungkan, apa yang telah kita berikan untuk orang tua
kita, nilai berapapun itu pasti dan pasti tidak akan sebanding dengan
pengorbanan ayah ibu kita.
C. Jadikan Orang Tuamu Raja, Maka
Rezeki Mu Seperti Raja
Pengusaha baja/Pemilik
PT. Artha Mas Graha Andalan. Ketika ditanya rahasia suksesnya menjadi
Pengusaha, jawabnya singkat:
“Jadikan orang tuamu
Raja, maka rezeki mu seperti Raja”.
Pengusaha yang kini
tinggal di Cikarang ini pun bercerita bahwa orang hebat dan sukses yang ia
kenal semuanya memperlakukan orang tuanya seperti Raja.
Mereka menghormati,
memuliakan, melayani dan memprioritaskan orang tuanya.
Lelaki asal Banyuwangi
ini bertutur, “Jangan perlakukan Orang tua seperti “Pembantu".
Atau orang tua diminta
merawat anak kita sementara kita sibuk bekerja.
Bila ini yang terjadi
maka rezeki orang itu adalah rezeki pembantu, karena ia memperlakukan orang
tuanya seperti pembantu.
Walau suami/istri
bekerja, rezekinya tetap kurang bahkan nombok setiap bulannya.
Menurut sebuah lembaga
survey yang mengambil sampel pada 700 keluarga di Jepang, anak-anak
yang sukses adalah: mereka yang memperlakukan dan melayani orang tuanya seperti
seorang Kaisar.
D. Menciptakan Rumah Surga Tanpa
Teriakan
1. Semua orang
menginginkan rumah tangga layaknya surga, agar penghuninya betah di dalamnya.
2. Ciri utama penduduk
surga di antaranya bicara yang lembut. Tidak suka teriak atau membentak.
3. Kebiasaan berteriak
justru merupakan ciri penduduk neraka. (QS 35:37)
4. Maka jika ada suara
teriakan di dalam rumah, itu artinya suasana surga sudah berganti suasana
neraka.
5. Kebiasaan teriak atau
bicara melebihi desibel suara normal akibatnya akan mengeringkan cinta.
6. Sejatinya, cinta
adalah kelembutan. Dan tidaklah sesuatu disertai kelembutan kecuali akan
memperhiasnya (Hadits)
7. Itulah kenapa bukti
cinta kepada Allah diminta kita tuk berdzikir dengan suara yang lembut, tidak
berteriak di hadapan-Nya. (QS 7:205)
8. Kebiasaan berteriak
di dalam rumah tangga sejatinya akan mengurangi rasa cinta.
9. Penting bagi setiap
keluarga yang merindukan suasana surga, agar mengurangi teriakan di dalam
rumah, terlebih untuk anak-anak kita.
11. Kebiasaan berteriak
atau membentak di depan anak diakui oleh para ahli akan mengaktifkan batang
otak anak.
12. Batang otak itu yang
disebut otak reptil atau otak refleks. Anak cenderung merespon masalah tanpa
berpikir.
13. Diledek teman
refleks memukul. Ini tersebab batang otaknya lebih dominan daripada korteksnya,
yang ajak dia untuk berpikir.
14. Anak yang batang
otaknya menebal cenderung merespon sesuatu dengan prinsip 'flight or fight'.
15. Solusi akan jarang
keluar dari anak dengan model begini. Yang ada adalah memuaskan emosi semata.
16. Maka, anak-anak yang
gampang marah, tawuran dan sebagainya bisa dibilang karena batang otaknya
cenderung lebih dominan.
17. Dan kalau ditelusuri
penyebab awalnya, yakni kebiasaan dibentak atau diteriaki dari kecil baik oleh
ortu atau guru di sekolah.
18. Dampak berikutnya
dari kebiasaan berteriak di hadapan anak adalah: menghancurkan sel-sel otaknya.
19. Satu kali teriakan
kepada anak di bawah usia 5 tahun akan menghancurkan 10 ribu sel otaknya setiap
teriakan.
20. Hitung deh sudah
berapa kali bentak anak. Kalikan 10 ribu. Maka, itulah dosa kita yang membuat
anak kita gak pintar-pintar.
21. Berteriak ini belum
tentu membentak. Bisa jadi sekedar bercanda untuk menyemangati. Ini tetap
bahaya dan terlarang untuk dilakukan.
22. Kalau mau teriak di
lapangan saja, di mana jarak ke anak kira-kira seratus meter.
23. Kembali kepada inti
rumah tangga Surga. Yakni kebiasaan bicara lembut. Bahkan bisik-bisik di
telinga anak untuk tumbuhkan cinta.
24. Tentu kelembutan ini
bukan berarti abaikan ketegasan.
25. Sebab ketegasan itu
bisa dilakukan tanpa harus berteriak-teriak.
26. Jadi, jika ada yang
teriak-teriak di rumah kita, katakan: ini rumah surga. Di surga bicaranya
lembut. Hanya penduduk neraka yang suka teriak.
27. Kesimpulannya, jika
ingin memperbaiki pola asuh dan hubungan harmonis dalam rumah tangga, perbaiki
cara komunikasi kita.
28. Dengan perbaikan komunikasi,
maka menjadi baiklah amalan kita yang lainnya.
Mari kita perbaiki
komunikasi dalam keluarga kita, terutama pada anak-anak kita, yang pada
dasarnya mereka tidak ingin dibentak atau diteriaki. Semoga kita berhasil
menjadi orang tua yang sukses berkomunikasi dengan baik
E. Ibu Yang Marah : Do’anya Diqabul Allah 25 Tahun Kemudian
Aku sedang membersihkan
rumah. Tiba-tiba anak lelakiku yang masih kecil berlari ke arahku. Dia menyenggol tanpa sengaja satu
pot bunga yg terbuat dari kaca. Pecah hancur berantakan.
Aku benar-benar marah karena pot
itu memang mahal harganya. Tanpa ku sadari, aku telah melontarkan kata2,
"Matilah kamu!
Semoga kamu ditimpa dinding bangunan dan tulang-belulangmu hancur!”
Tahun demi tahun
berlalu. Anak lelakiku tumbuh besar, aku sudah lupa akan doa itu. Aku pun tidak menganggapnya penting dan aku tidak tahu bahwa do'a itu telah naik ke langit.
Anak lelakiku dan
adik-adiknya yang lain tumbuh besar. Dia anak sulung yang paling aku sayangi dari
anak-anakku yang lain. Dia anak yang rajin dan pandai menghormati aku dan berbakti
kepadaku dibandingkan adik-adiknya yang lain.
Kini dia telah menjadi
seorang insinyur. Tidak lama lagi dia akan menikah. Tidak sabar rasanya aku ingin
menimang cucu.
Ayahnya punya sebuah
bangunan yang sudah lama dan ingin direnovasi. Maka pergilah anakku bersama ayahnya
ke gudang itu. Para pekerja sdh bersiap-siao untuk merobohkan satu dinding yang sudah
usang.
Sementara pekerja sedang
bekerja, anakku pergi ke belakang bangunan tanpa diketahui oleh siapa pun. Dengan
tidak disangka-sangka dinding bangunan itu roboh menimpanya!
Terdengar suara
berteriak dalam runtuhan itu hingga suaranya tak kedengaran lagi.
Semua pekerja berhenti.
Heran suara siapa? Mereka berlari ke arah reruntuhan itu. Mereka mengangkat
dinding yang menghimpit anakku dgn susah payah dan segera memanggil ambulan.
Mereka tidak dapat
mengangkat badan anakku. Ia remuk seperti kaca yang jatuh pecah berkeping-keping..
Sebagian mereka
mengangkat badan anakku yg hancur dengan hati-hati dan segera membawanya ke UGD di RS.
Ketika ayahnya
menghubungiku, seakan-akan Allah menghadirkan kembali kata-kataku padanya semasa ia masih
kecil dulu.
Aku menangis hingga
pingsan, setelah aku sadar, aku berada di RS dan aku meminta untuk melihat
anakku. Ketika melihatnya, aku seakan mendengar suara yg berkata,
"INI DOAMU KAN?
Sudah AKU kabulkan! Setelah sekian lama engkau berdoa, sekarang Aku akan
mengambilnya!"
Ketika itu, jantungku
seakan berhenti berdetak. Anakku menghembuskan nafasnya yang terakhir. Aku
berteriak dan menangis sambil berkata,
"Ya Allah!. Selamatkanlah anakku!. Jangan pergi nak.."
Seandainya, lidah ini
tidak mendoakan kejelekan 25 tahun yang lalu...!
Andaikan..! Andaikan..!
Andaikan..! Tetapi kalimat ‘andaikan’ ini tidak berguna lagi sekarang ini..
Cerita ini dari satu
kisah nyata!. Pesanku pada para IBU. Jangan sekali-kali terburu-buru mendoakan KEBURUKAN
anakmu ketika kamu sedang marah...!!!
Berlindunglah kepada
Allah dari godaan iblis. Jika kamu ingin memukulnya, pukul sajalah, tapi jangan
kamu mendo'akannya dengan yang bukan-bukan sehingga kamu akan menyesal sepertiku.!
Sungguh aku menulis ini
dengan air mataku yang turut mengalir.
Wahai anakku..! Aku rela
rohku turut bersamamu..! Hingga aku boleh beristirahat dari kepedihan yang aku
rasakan setelah kepergianmu...
F. 14 Permintaan Anak yang Mungkin Tidak Pernah
Mereka Ucapkan
1. Cintailah aku sepenuh hatimu.
2. Jangan marahi aku di depan orang banyak.
3. Jangan bandingkan aku dengan kakak atau adikku atau orang
lain.
4. Ayah Bunda jangan lupa, aku adalah fotocopy-mu.
5. Kian hari umurku kian bertambah, maka jangan selalu anggap
aku anak kecil.
6. Biarkan aku mencoba,
lalu beritahu aku bila salah.
7. Jangan ungkit-ungkit kesalahanku.
8. Aku adalah Ladang Pahala bagimu.
9. Jangan memarahiku dengan mengatakan hal-hal buruk, bukankah
apa yang keluar dari mulutmu sebagai orang tua adalah doa bagiku?
10. Jangan melarangku hanya dengan mengatakan "JANGAN"
tapi berilah penjelasan kenapa aku tidak boleh melakukan sesuatu.
11. Tolong ayah ibu, jangan rusak mentalku dan pemikiranku
dengan selalu kau bentak-bentak aku setiap hari.
12. Jangan ikutkan aku dalam masalahmu yang tidak ada kaitannya
denganku. Kau marah sama yang lain, aku imbasnya.
13. Aku ingin kau sayangi cintai karena engkaulah yang ada di
kehidupanku dan masa depanku.
14. Berilah aku pendidikan agama, agar lepas tanggung jawabmu
kelak, dan sebagai anak shaleh kita akan saling tarik menarik ke Surga
G. Ibu Yang Cantik
Suatu pagi, seorang anak gadis bertanya pada ibunya :
"Ma.. mama selalu terlihat cantik.. Aku ingin seperti
Mama, tolong beritahu aku caranya, Ma.."
Dengan tatapan lembut dan senyum haru, sang Ibu menjawab :
- Untuk bibir yang menarik,
ucapkanlah perkataan yang baik.
- Untuk pipi yang lesung,
tebarkanlah senyum ikhlas kepada siapa pun.
- Untuk mata yang indah menawan,
lihatlah selalu kebaikan orang lain.
- Untuk tubuh yang langsing,
sisihkanlah makanan untuk fakir miskin.
- Untuk jemari tangan yang lentik
menawan, hitunglah kebajikan yang telah diperbuat orang kepadamu.
- Untuk wajah putih
bercahaya, bersihkanlah kekotoran batinmu.
Anakku..
- Janganlah sombong akan
kecantikan fisik, karena itu akan pudar oleh waktu.. Dan ingatlah bahwa
kecantikan perilaku tidak akan pudar walau oleh kematian.
- Biasakanlah untuk mengucapkan
empat kata kepada siapapun dengan santun : terima kasih, maaf, tolong dan
permisi.
- Jika kamu benar, maka kamu
tidak perlu marah.
- Jika kamu salah, maka kamu
wajib minta maaf.
- Kesabaran dengan keluarga
adalah kasih.
- Kesabaran dengan orang lain
adalah hormat.
- Kesabaran dengan diri sendiri
adalah keyakinan.
- Kesabaran dengan Allah adalah
Iman.
- Jangan terlalu mengingat masa
lalu, karena hal itu akan membawa air mata.
- Jangan terlalu memikirkan masa
depan, karena hal itu akan membawa ketakutan.
- Jalankan saat ini dengan
senyuman, karena hal itu akan membawa keceriaan.
- Setiap ujian dalam hidup ini
bisa membuat kamu pedih atau lebih baik.
- Setiap masalah yang timbul bisa
menghancurkan atau menguatkanmu.Pilihan ada padamu, apakah kamu akan
memilih menjadi korban atau pemenang.
- Carilah hati yang indah dan
bukan wajah yang cantik.
- Hal-hal yang indah tidak selalu
baik, tapi hal-hal yang baik akan selalu indah.
H. Akan
Datang Saat Piala-Piala Anakmu Tak Berguna
Kelak datang waktunya saat ijasah, sertifikat dan Piala-piala
anak2 mu tidak berguna untukmu..
Karena pada saat itu, hanya do’a Anak yang Sholih saja yang
dapat berguna bagimu.
Wahai sholihin dan Sholihat, bangun prestasi anak-anak dibawah
naungan Tauhid yang kokoh..
Semoga Gelisahmu lebih hebat apabila nilai agama anakmu lebih
rendah dibandingkan nilai Matematikanya..
Jika kelak Anakmu Berujar tak pantas, maka mohon ampunlah pada
Allah dengan Lirih yang amat sangat sampai penduduk Langit mendengar, semoga
Allah melembutkan Hati Anakmu..
Wahai Para Ayah, temukan jalan pulang dengan segera, waktumu tak
banyak sementara Ia tumbuh besar dengan cepat, jika tak kau dampingi, jangan
menangis jika kelak anakmu diterkam Serigala pornografi atau Anarkisme akhir
zaman..
Wahai Para Ibu, sederhanakan keluhanmu, simpan saja dalam Hati,
adukan saja kepada yang Berhak yaitu Allah SWT..
Biarkan Ia merepotkanmu hari-hari ini, karena repotnya dunia
hari ini akan bertepi, sedangkan Repotnya akhirat tak akan bertepi, karenanya
selamatkan Ia dari kerepotan akhirat..
Semoga Dalam suapanmu selalu bersenandung dzikir, agar makanan
yang masuk, selain menyehatkan namun juga mengisi jiwa, sehingga kelak kita
memiliki Anak-anak Islam berjiwa Besar yang tak takut ancaman para pencela
Agama. (sumber : inspirasi dari Buku Positive Parenting karya Ustadz Muhammad
Fauzhil Adhim)
I. Dia
KaruniaMu Terindah (Based on True Story)
Senangkah anda bila anak anda lulusan IPB, ITB, UI, UGM atau Amerika,
Eropa ?
Lalu kerja di Amerika...?
Anak yag bagaimanakah yg anda Inginkan ?
Aku seorang pensiunan pegawai Kantor Walikota. Usiaku sudah 63
tahun dan sekarang duduk di kursi roda karena suatu penyakit. Suamiku meninggal
sewaktu aku memasuki masa pensiun. Anak2 kami ada 4 orang, semuanya berprestasi
kecuali si bungsu kami. Dia, yang bungsu, menderita kelainan, wajahnya tidak
sempurna dan kelakuannya tidak sesuai dengan umurnya. Tapi hatinya baik dan
suka menolong. Ketiga anakku yang lain adalah sarjana ITB, 2 orang mendapat bea
siswa ke Amerika dan Jerman dan sekarang ketiga2nya sudah punya perusahaan
sendiri yang maju, dan hidup sangat berkecukupan.
Setelah suamiku meninggal aku tinggal berdua saja dengan si
bungsu. Pagi2 dia mengangkatku ke kamar mandi, setelah itu mengangkatku lagi ke
kursi roda. Dia membantuku berpakaian. Dia juga rajin memasak makanan
kesukaanku. Tiap pagi dia membawaku dengan kursi rodaku keliling kompleks
perumahan untuk menikmati matahari.
Dalam hidupku yg sepi ini aku sering menangis kalau memandang
wajah bungsuku. Bukan karena dia cacat, tapi karena kami selama ini telah
menyia2kan nya, menyisihkannya dari anak2ku yg lain. Aku tidak bisa melupakan
bagaimana kami tidak pernah mengajaknya liburan bersama kakak2nya, tidak pernah
mengikutkannya dalam acara keluarga atau kumpul2 dgn teman dan kerabat. Bahkan
dalam foto keluargapun kami tidak mengikut sertakannya. Kami seakan hanya punya
3 anak. Aku juga tidak pernah lupa bagaimana bangganya kami dgn prestasi
kakak2nya sejak mereka masuk sekolah TK sampai selesai kuliah. Semua orang
kagum dan memuji mereka dan salut dengan cara kami mendidik mereka.
Waktu berlalu, sejak anak2ku berkeluarga, mereka kelihatan
sangat sibuk. Mereka jarang menelepon, pulang kerumah waktu liburanpun sekali2
saja. Lebaran tahun lalu si sulung pulang sekeluarga. Tapi aku heran dan sedih,
mereka tidak mau menginap di rumah kami, rumah tempat dia dibesarkan. Mereka
lebih memilih di hotel. Setelah Sholat led, aku dan si bungsu sudah siap
menunggu mereka dengan hidangan rawon dan empal daging kesukaan anakku. Sampai
siang mereka belum muncul, kemudian berangsur sore mereka belum juga datang.
Aku sudah berusaha beberapa kali menelepon, tetapi teleponnya tidak diangkat.
Setelah jam 20.00 malam, si sulung yg kutunggu2 datang juga. Tapi tanpa anak2
dan istrinya. Katanya ringan, "mereka capek seharian pergi puter2 kota,
dan sekarang ingin tidur". Waktu kukatakan kalau rawon dan empal sudah
disediakan, dia menjawab, "sudah makan Ma, kenyang". Kemudian dia
berbalik dan kembali ke hotel. Aku duduk terhenyak. Kenapa semuanya berubah
begini? Dia kebanggaanku dari dulu kenapa sekarang jauh berbeda?.
Ya Allah, aku menangis tersedu-sedu. Bungsuku berlutut di
depanku sambil memegangi tanganku dan berkata: "Ma, jangan nangis, nanti Mama sakit. Empalnya kita aja yg makan.
Aku suka kok, Mama juga suka kan?".
Dia memelukku sembari menghapus air mataku. Kami berpelukan erat.
Ampuni
hamba ya Allah, telah menyia-nyiakan karunia terindahMu yg berhati emas ini.
Ampuni hamba telah pilih kasih kepada titipanMu. Ampuni hamba telah me-nyia2kan
kepercayaanMu yg telah menitipkan dia yg tidak sempurna ini. Ampuni hamba telah
menganggapnya tidak ada. Ampuni hamba telah merasa malu menerima titipanMu ini
ya Allah. Ampuni hamba telah sombong membangga2kan kakak2nya. Ya Allah, hamba
orang yg hina... Ampuni hamba ya Allah...
Masyaa
Allah. Kisah yang sangat mengharukan dan membuat Kita semakin tersadar bahwa kadang
Allah memberikan sesuatu yang menurut kita bukan yang terbaik, . namun Allah
mempunyai satu rencana indah. Ternyata itulah KARUNIA
INDAH yang terbaik untuk kita dan
membuat kita bahagia.
_______________
Tentu saya akan coba kumpulkan lagi
kiriman-kiriman parenting dari teman-teman yang memang berguna ini paling tidak
untuk diri saya sendiri.