Senin, 30 Oktober 2017

Karakteristik Syariat Islam Dalam Bidang Pendidikan, Memperjelas Kesempatan Setiap Orang Untuk Belajar

oleh: Azizatul Fuad



Pendidikan merupakan  usaha  yang  dilakukan  oleh  keluarga,  masyarakat,  dan  pemerintah  melalui  kegiatan bimbingan, pengajaran,  dan  latihan,  yang  berlangsung  di sekolah  dan  di luar  sekolah sepanjang hayat untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat mempermainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tetap untuk masa yang akan datang.

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting untuk meningkatkan kualitas suatu bangsa, kemajuan suatu bangsa dapat diukur dari kemajuan pendidikannya dan juga sangat penting dalam proses pembangunan negara untuk menjadi negara yang lebih maju.

Aspek yang berkaitan dengan pendidikan ini dapat dipahami dari kandungan surat al-Alaq dengan memulai ungkapan ajarannya dengan perintah untuk membaca (iqra’) pada ayat pertama di dalam Al-Qur’an. Iqra bukan hanya berarti “bacalah”, namun juga berarti “belajarlah”. Bukan sekadar membaca, bahkan ia adalah membaca yang dilandasi oleh ideologi dan etos “dengan nama Rabbmu” (bismirabbika). Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam  (Allah mengajar manusia dengan perantaraan tulis baca) sebagaimana firman  Allah :

“1. bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, 2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. 3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, 4. yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, 5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”  ( QS: Al-Alaq:  1-5)

Pendidikan dalam pandangan Islam memiliki arti yang sangat penting, sehingga hampir setiap saat manusia tak pernah lepas dari kegiatan pendidikan. Keunggulan umat manusia atau bangsa juga akan sangat tergantung kepada seberapa banyak mereka menggunakan rasio, anugerah Allah untuk belajar dan memahami ayat-ayat Allah SWT. Al-Qur’an menyatakan Allah akan mengangkat derajat orang yang berilmu ke derajat yang luhur. Allah berfirman :

Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS: Al-Mujadilah: 11)

Dalam Islam terdapat penegasan tentang belajar  merupakan kewajiban dan berdosa bagi yang meninggalkannya. Keyakinan demikan ini begitu membentuk dalam diri umat yang beriman, sehingga  mereka memiliki etos belajar yang tinggi dan penuh semangat serta mengharapkan “janji luhur” Tuhan  sebagaimana yang difirmankan dalam ayat-Nya.

“Ya Tuhan Kami, utuslah untuk mereka sesorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al kitab (Al Quran) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana.” (QS: AL-Baqarah: 129)

Pendidikan dalam Islam dipertegas oleh berbagai firman Allah lainnya yang menegaskan bahwa tugas utama kerasulan dan salah satu inti dasar dari syariat Islam yang harus diterapkan adalah masalah pendidikan. Allah berfirman:

“Allahlah yang mengutus kepada mereka, seorang Rasul yang datang dari keluarga mereka sendiri, Rasul ini membacakan ayat-ayat Rabb mereka, mensucikan mereka, serta mengajarkan kepada mereka ajaran al-Kitab (Al-Qur`an) dan Al-Hikmah (As-Sunnah).”  (QS: Al-Jum’ah: 2)

Penegasan pentingnya pendidikan juga dipertegas dalam hadits,  beberapa Hadits yang memberikan kesempatan setiap orang untuk belajar (mencari ilmu) adalah :

1. Kewajiban Mencari Ilmu

”Mencari ilmu itu adalah wajib bagi setiap muslim laki-laki maupun muslim perempuan”. (HR. Ibnu Abdil Barr)

2. Menginginkan Kebahagiaan Dunia-Akhirat Harus Wajib dengan Ilmu

”Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia maka wajib baginya memiliki ilmu, dan barang siapa yang menghendaki kehidupan Akherat, maka wajib baginya memiliki ilmu, dan barang siapa menghendaki keduanya maka wajib baginya memiliki ilmu”. (HR. Turmudzi)
3. Keutamaan Mencari Ilmu

“Barang siapa yang keluar untuk mencari ilmu maka ia berada di jalan Allah hingga ia pulang”. (HR. Turmudzi)

4. Kewajiban dan Keutamaan Menuntut Ilmu

”Barang siapa yang menempuh jalan untuk mencari suatu ilmu. Niscaya Allah memudahkannya ke jalan menuju surga”. (HR. Turmudzi)

Jadi dari pembahasan tersebut dapat disimpulkan :

1. Pendidikan dapat dipahami dari kandungan surat al-Alaq dengan memulai ungkapan ajarannya dengan perintah untuk membaca (iqra’) pada ayat pertama di dalam Al-Qur’an.

2. Keunggulan umat manusia atau bangsa juga akan sangat tergantung kepada seberapa banyak mereka menggunakan rasio, anugerah Allah untuk belajar dan memahami ayat-ayat Allah SWT.

3. Dalam Islam terdapat penegasan mencari ilmu  merupakan kewajiban dan berdosa bagi yang meninggalkannya.


4. Disarankan agar kita dan keluarga kita untuk memperoleh pendidikan dengan selalu menuntut ilmu baik dalam pendidikan informal (pendidikan keluarga dan lingkungan), formal  (pendidikan di sekolah dan perguruan tinggi) maupun non formal (pendidikan luar sekolah/kursus)

Selasa, 24 Oktober 2017

10 Parenting dari WA : 14 Permintaan Anak, Jadikan Orang Tuamu Raja, Do’a Ibu Terkabul


oleh: Azizah F

Parenting adalah upaya pendidikan yang dilaksanakan oleh keluarga dengan memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia dalam keluarga dan lingkungan yang berbentuk kegiatan belajar secara mandiri.Parenting sebagai proses interaksi berkelanjutan antara orang tua dan anak-anak mereka yang meliputi aktivitas-aktivitas sebagai berikut : memberi makan (nourishing),memberi petunjuk (guiding), dan melindungi (protecting) anak-anak ketika mereka tumbuh berkembang. 

WhatsApp Messenger atau WhatsApp saja adalah aplikasi pesan untuk smartphone dengan dasar mirip BlackBerry Messenger. WhatsApp Messenger merupakan aplikasi pesan lintas platform yang memungkinkan kita bertukar pesan tanpa biaya SMS, karena WhatsApp Messenger menggunakan paket data internet yang sama untuk email, browsing web, dan lain-lain. Aplikasi WhatsApp Messenger menggunakan koneksi 3G atau WiFi untuk komunikasi data. Dengan menggunakan WhatsApp, kita dapat melakukan obrolan online, berbagi file, bertukar foto dan lain-lain.

Rupanya banyak nasehat, motivasi, ungkapan, kata-kata yang berkaitan dengan parenting yang sering kita peroleh dari WhatsApp namun kadang kita hapus dan lupa, begitu kita ingin menasehati diri kita atau nasehati anak-anak, kita jadi ingat dulu pernah dapat. Ini ada beberapa  parenting dari WhatsApp yang penting buat kita orang tua, guru, ustadzah, ibu-ibu, maupun calon ibu, juga anak-anak.


A. Bercanda Dengan Istri & Bermain Dengan Anak

Imam Ibnu Muflih pernah menukil ucapan Imam Ibnu Aqil al-Hambali semoga Allah  merahmati keduanya  dari kitab beliau " al-Funun ".

Katanya, " Dahulu Nabi shallallaahu ' alaihi wasallam membuat tarian untuk al-Hasan dan al-Husain dan mencandai keduanya.

Beliau juga pernah berlomba lari bersama Aisyah dan memanjakan para istrinya.

Dan seorang yang berakal apabila dia sedang berkumpul bersama para istrinya dan budak-budak perempuannya, maka dia akan mengesampingkan akalnya seperti halnya seorang Syaikh yang terhormat, dia bercanda, bersenda gurau dan berkelakar untuk memberikan hak istri dan jiwanya.

Dan jika dia sedang bersama anak-anaknya, maka dia akan berkelakuan layaknya anak kecil.

Sumber : [Al-adabus syar'iyyah 3/239]

B. Jangan Buang Orang Tua Kita

Di Jepang dulu pernah ada tradisi membuang orang yang sudah tua ke hutan. Mereka yang dibuang adalah orang tua yang sudah tidak berdaya sehingga tidak memberatkan kehidupan anak-anaknya._

Pada suatu hari ada seorang pemuda yang berniat membuang ibunya ke hutan, karena si Ibu telah lumpuh dan agak pikun.

Si pemuda tampak bergegas menyusuri hutan sambil menggendong ibunya. Si Ibu yang kelihatan tak berdaya berusaha menggapai setiap ranting pohon yang bisa diraihnya lalu mematahkannya dan menaburkannya di sepanjang jalan yang mereka lalui.

Sesampai di dalam hutan yang sangat lebat, si anak menurunkan Ibu tersebut dan mengucapkan kata perpisahan sambil berusaha menahan sedih karena ternyata dia tidak menyangka tega melakukan perbuatan ini terhadap Ibunya.

Justru si Ibu yang tampak tegar, dalam senyumnya dia berkata: “Anakku, Ibu sangat menyayangimu. Sejak kau kecil sampai dewasa Ibu selalu merawatmu dengan segenap cintaku. Bahkan sampai hari ini rasa sayangku tidak berkurang sedikitpun. Tadi Ibu sudah menandai sepanjang jalan yang kita lalui dengan ranting-ranting kayu. Ibu takut kau tersesat, ikutilah tanda itu agar kau selamat sampai dirumah”

Setelah mendengar kata-kata tersebut, si anak menangis dengan sangat keras, kemudian langsung memeluk ibunya dan kembali menggendongnya untuk membawa si Ibu pulang ke rumah.

Pemuda tersebut akhirnya merawat Ibu yang sangat mengasihinya sampai Ibunya meninggal.

“Orang tua” bukan barang rongsokan yang bisa dibuang atau diabaikan setelah terlihat tidak berdaya. Karena pada saat engkau sukses atau saat engkau dalam keadaan susah, hanya ‘orang tua’ yang mengerti kita dan batinnya akan menderita kalau kita susah. ‘Orang tua’ kita tidak pernah meninggalkan kita, bagaimanapun keadaan kita, walaupun kita pernah kurang ajar kepada orang tua. Namun Bapak dan Ibu kita akan tetap mengasihi kita.

Mari kita merenungkan, apa yang telah kita berikan untuk orang tua kita, nilai berapapun itu pasti dan pasti tidak akan sebanding dengan pengorbanan ayah ibu kita.

C. Jadikan Orang Tuamu Raja, Maka Rezeki Mu Seperti Raja

Pengusaha baja/Pemilik PT. Artha Mas Graha Andalan. Ketika ditanya rahasia suksesnya menjadi Pengusaha, jawabnya singkat:

“Jadikan orang tuamu Raja, maka rezeki mu seperti Raja”.

Pengusaha yang kini tinggal di Cikarang ini pun bercerita bahwa orang hebat dan sukses yang ia kenal semuanya memperlakukan orang tuanya seperti Raja.

Mereka menghormati, memuliakan, melayani dan memprioritaskan orang tuanya.
Lelaki asal Banyuwangi ini bertutur, “Jangan perlakukan Orang tua seperti  “Pembantu".

Atau orang tua diminta merawat anak kita sementara kita sibuk bekerja.

Bila ini yang terjadi maka rezeki orang itu adalah rezeki pembantu, karena ia memperlakukan orang tuanya seperti pembantu.

Walau suami/istri bekerja, rezekinya tetap kurang bahkan nombok setiap bulannya.

Menurut sebuah lembaga survey yang mengambil sampel pada 700 keluarga di Jepang,  anak-anak yang sukses adalah: mereka yang memperlakukan dan melayani orang tuanya seperti seorang Kaisar.

D. Menciptakan Rumah Surga Tanpa Teriakan

1. Semua orang menginginkan rumah tangga layaknya surga, agar penghuninya betah di dalamnya.
2. Ciri utama penduduk surga di antaranya bicara yang lembut. Tidak suka teriak atau membentak.
3. Kebiasaan berteriak justru merupakan ciri penduduk neraka. (QS 35:37)
4. Maka jika ada suara teriakan di dalam rumah, itu artinya suasana surga sudah berganti suasana neraka.
5. Kebiasaan teriak atau bicara melebihi desibel suara normal akibatnya akan mengeringkan cinta.
6. Sejatinya, cinta adalah kelembutan. Dan tidaklah sesuatu disertai kelembutan kecuali akan memperhiasnya (Hadits)
7. Itulah kenapa bukti cinta kepada Allah diminta kita tuk berdzikir dengan suara yang lembut, tidak berteriak di hadapan-Nya. (QS 7:205)
8. Kebiasaan berteriak di dalam rumah tangga sejatinya akan mengurangi rasa cinta.
9. Penting bagi setiap keluarga yang merindukan suasana surga, agar mengurangi teriakan di dalam rumah, terlebih untuk anak-anak kita.
11. Kebiasaan berteriak atau membentak di depan anak diakui oleh para ahli akan mengaktifkan batang otak anak.
12. Batang otak itu yang disebut otak reptil atau otak refleks. Anak cenderung merespon masalah tanpa berpikir.
13. Diledek teman refleks memukul. Ini tersebab batang otaknya lebih dominan daripada korteksnya, yang ajak dia untuk berpikir.
14. Anak yang batang otaknya menebal cenderung merespon sesuatu dengan prinsip 'flight or fight'.
15. Solusi akan jarang keluar dari anak dengan model begini. Yang ada adalah memuaskan emosi semata.
16. Maka, anak-anak yang gampang marah, tawuran dan sebagainya bisa dibilang karena batang otaknya cenderung lebih dominan.
17. Dan kalau ditelusuri penyebab awalnya, yakni kebiasaan dibentak atau diteriaki dari kecil baik oleh ortu atau guru di sekolah.
18. Dampak berikutnya dari kebiasaan berteriak di hadapan anak adalah: menghancurkan sel-sel otaknya.
19. Satu kali teriakan kepada anak di bawah usia 5 tahun akan menghancurkan 10 ribu sel otaknya setiap teriakan.
20. Hitung deh sudah berapa kali bentak anak. Kalikan 10 ribu. Maka, itulah dosa kita yang membuat anak kita gak pintar-pintar.
21. Berteriak ini belum tentu membentak. Bisa jadi sekedar bercanda untuk menyemangati. Ini tetap bahaya dan terlarang untuk dilakukan.
22. Kalau mau teriak di lapangan saja, di mana jarak ke anak kira-kira seratus meter.
23. Kembali kepada inti rumah tangga Surga. Yakni kebiasaan bicara lembut. Bahkan bisik-bisik di telinga anak untuk tumbuhkan cinta.
24. Tentu kelembutan ini bukan berarti abaikan ketegasan.
25. Sebab ketegasan itu bisa dilakukan tanpa harus berteriak-teriak.
26. Jadi, jika ada yang teriak-teriak di rumah kita, katakan: ini rumah surga. Di surga bicaranya lembut. Hanya penduduk neraka yang suka teriak.
27. Kesimpulannya, jika ingin memperbaiki pola asuh dan hubungan harmonis dalam rumah tangga, perbaiki cara komunikasi kita.
28. Dengan perbaikan komunikasi, maka menjadi baiklah amalan kita yang lainnya.

Mari kita perbaiki komunikasi dalam keluarga kita, terutama pada anak-anak kita, yang pada dasarnya mereka tidak ingin dibentak atau diteriaki. Semoga kita berhasil menjadi orang tua yang sukses berkomunikasi dengan baik

E. Ibu Yang Marah : Do’anya  Diqabul Allah 25 Tahun Kemudian

Aku sedang membersihkan rumah. Tiba-tiba anak lelakiku yang masih kecil berlari ke arahku. Dia menyenggol tanpa sengaja satu pot bunga yg terbuat dari kaca. Pecah hancur berantakan.

Aku benar-benar marah karena pot itu memang mahal harganya. Tanpa ku sadari, aku telah melontarkan kata2,

"Matilah kamu! Semoga kamu ditimpa dinding bangunan dan tulang-belulangmu hancur!”

Tahun demi tahun berlalu. Anak lelakiku tumbuh besar, aku sudah lupa akan doa itu. Aku pun tidak menganggapnya penting dan aku tidak tahu bahwa do'a itu telah naik ke langit.

Anak lelakiku dan adik-adiknya yang lain tumbuh besar. Dia anak sulung yang paling aku sayangi dari anak-anakku yang lain. Dia anak yang rajin dan pandai menghormati aku dan berbakti kepadaku dibandingkan adik-adiknya yang lain.

Kini dia telah menjadi seorang insinyur. Tidak lama lagi dia akan menikah. Tidak sabar rasanya aku ingin menimang cucu.

Ayahnya punya sebuah bangunan yang sudah lama dan ingin direnovasi. Maka pergilah anakku bersama ayahnya ke gudang itu. Para pekerja sdh bersiap-siao untuk merobohkan satu dinding yang sudah usang.

Sementara pekerja sedang bekerja, anakku pergi ke belakang bangunan tanpa diketahui oleh siapa pun. Dengan tidak disangka-sangka dinding bangunan itu roboh menimpanya!

Terdengar suara berteriak dalam runtuhan itu hingga suaranya tak kedengaran lagi.

Semua pekerja berhenti. Heran suara siapa? Mereka berlari ke arah reruntuhan itu. Mereka mengangkat dinding yang menghimpit anakku dgn susah payah dan segera memanggil ambulan.

Mereka tidak dapat mengangkat badan anakku. Ia remuk seperti kaca yang jatuh pecah berkeping-keping..

Sebagian mereka mengangkat badan anakku yg hancur dengan hati-hati dan segera membawanya ke UGD di RS.

Ketika ayahnya menghubungiku, seakan-akan Allah menghadirkan kembali kata-kataku padanya semasa ia masih kecil dulu.

Aku menangis hingga pingsan, setelah aku sadar, aku berada di RS dan aku meminta untuk melihat anakku. Ketika melihatnya, aku seakan mendengar suara yg berkata,

"INI DOAMU KAN? Sudah AKU kabulkan! Setelah sekian lama engkau berdoa, sekarang Aku akan mengambilnya!"

Ketika itu, jantungku seakan berhenti berdetak. Anakku menghembuskan nafasnya yang terakhir. Aku berteriak dan menangis sambil berkata,

"Ya Allah!. Selamatkanlah anakku!. Jangan pergi nak.."

Seandainya, lidah ini tidak mendoakan kejelekan 25 tahun yang lalu...!
Andaikan..! Andaikan..! Andaikan..! Tetapi kalimat ‘andaikan’ ini tidak berguna lagi sekarang ini..

Cerita ini dari satu kisah nyata!. Pesanku pada para IBU. Jangan sekali-kali terburu-buru mendoakan KEBURUKAN anakmu ketika kamu sedang marah...!!!

Berlindunglah kepada Allah dari godaan iblis. Jika kamu ingin memukulnya, pukul sajalah, tapi jangan kamu mendo'akannya dengan yang bukan-bukan sehingga kamu akan menyesal sepertiku.!

Sungguh aku menulis ini dengan air mataku yang turut mengalir.

Wahai anakku..! Aku rela rohku turut bersamamu..! Hingga aku boleh beristirahat dari kepedihan yang aku rasakan setelah kepergianmu...

F.  14 Permintaan Anak yang Mungkin Tidak Pernah Mereka Ucapkan

1. Cintailah aku sepenuh hatimu.
2. Jangan marahi aku di depan orang banyak.
3. Jangan bandingkan aku dengan kakak atau adikku atau orang lain.
4. Ayah Bunda jangan lupa, aku adalah fotocopy-mu.
5. Kian hari umurku kian bertambah, maka jangan selalu anggap aku anak kecil.
6.  Biarkan aku mencoba, lalu beritahu aku bila salah.
7. Jangan ungkit-ungkit kesalahanku.
8. Aku adalah Ladang Pahala bagimu.
9. Jangan memarahiku dengan mengatakan hal-hal buruk, bukankah apa yang keluar dari mulutmu sebagai orang tua adalah doa bagiku?
10. Jangan melarangku hanya dengan mengatakan "JANGAN" tapi berilah penjelasan kenapa aku tidak boleh melakukan sesuatu.
11. Tolong ayah ibu, jangan rusak mentalku dan pemikiranku dengan selalu kau bentak-bentak aku setiap hari.
12. Jangan ikutkan aku dalam masalahmu yang tidak ada kaitannya denganku. Kau marah sama yang lain, aku imbasnya.
13. Aku ingin kau sayangi cintai karena engkaulah yang ada di kehidupanku dan masa depanku.
14. Berilah aku pendidikan agama, agar lepas tanggung jawabmu kelak, dan sebagai anak shaleh kita akan saling tarik menarik ke Surga

G. Ibu Yang Cantik

Suatu pagi, seorang anak gadis bertanya pada ibunya :

"Ma.. mama selalu terlihat cantik.. Aku ingin seperti Mama, tolong beritahu aku caranya, Ma.."

Dengan tatapan lembut dan senyum haru, sang Ibu menjawab :

  • Untuk bibir yang menarik, ucapkanlah perkataan yang baik.
  • Untuk pipi yang lesung, tebarkanlah senyum ikhlas kepada siapa pun.
  • Untuk mata yang indah menawan, lihatlah selalu kebaikan orang lain.
  • Untuk tubuh yang langsing, sisihkanlah makanan untuk fakir miskin.
  • Untuk jemari tangan yang lentik menawan, hitunglah kebajikan yang telah diperbuat orang kepadamu.
  • Untuk wajah putih bercahaya, bersihkanlah kekotoran batinmu.
 Anakku..
  • Janganlah sombong akan kecantikan fisik, karena itu akan pudar oleh waktu.. Dan ingatlah bahwa kecantikan perilaku tidak akan pudar walau oleh kematian.
  • Biasakanlah untuk mengucapkan empat kata kepada siapapun dengan santun : terima kasih, maaf, tolong dan permisi.
  • Jika kamu benar, maka kamu tidak perlu marah.
  • Jika kamu salah, maka kamu wajib minta maaf.
  • Kesabaran dengan keluarga adalah kasih.
  • Kesabaran dengan orang lain adalah hormat.
  • Kesabaran dengan diri sendiri adalah keyakinan.
  • Kesabaran dengan Allah adalah Iman.
  • Jangan terlalu mengingat masa lalu, karena hal itu akan membawa air mata.
  • Jangan terlalu memikirkan masa depan, karena hal itu akan membawa ketakutan.
  • Jalankan saat ini dengan senyuman, karena hal itu akan membawa keceriaan.
  • Setiap ujian dalam hidup ini bisa membuat kamu pedih atau lebih baik.
  • Setiap masalah yang timbul bisa menghancurkan atau menguatkanmu.Pilihan ada padamu, apakah kamu akan memilih menjadi korban atau pemenang.
  • Carilah hati yang indah dan bukan wajah yang cantik.
  • Hal-hal yang indah tidak selalu baik, tapi hal-hal yang baik akan selalu indah.
H. Akan Datang Saat Piala-Piala Anakmu Tak Berguna

Kelak datang waktunya saat ijasah, sertifikat dan Piala-piala anak2 mu tidak berguna untukmu..

Karena pada saat itu, hanya do’a Anak yang Sholih saja yang dapat berguna bagimu.

Wahai sholihin dan Sholihat, bangun prestasi anak-anak dibawah naungan Tauhid yang kokoh..

Semoga Gelisahmu lebih hebat apabila nilai agama anakmu lebih rendah dibandingkan nilai Matematikanya..

Jika kelak Anakmu Berujar tak pantas, maka mohon ampunlah pada Allah dengan Lirih yang amat sangat sampai penduduk Langit mendengar, semoga Allah melembutkan Hati Anakmu..

Wahai Para Ayah, temukan jalan pulang dengan segera, waktumu tak banyak sementara Ia tumbuh besar dengan cepat, jika tak kau dampingi, jangan menangis jika kelak anakmu diterkam Serigala pornografi atau Anarkisme akhir zaman..

Wahai Para Ibu, sederhanakan keluhanmu, simpan saja dalam Hati, adukan saja kepada yang Berhak yaitu Allah SWT..

Biarkan Ia merepotkanmu hari-hari ini, karena repotnya dunia hari ini akan bertepi, sedangkan Repotnya akhirat tak akan bertepi, karenanya selamatkan Ia dari kerepotan akhirat..

Semoga Dalam suapanmu selalu bersenandung dzikir, agar makanan yang masuk, selain menyehatkan namun juga mengisi jiwa, sehingga kelak kita memiliki Anak-anak Islam berjiwa Besar yang tak takut ancaman para pencela Agama. (sumber : inspirasi dari Buku Positive Parenting karya Ustadz Muhammad Fauzhil Adhim)

I. Dia KaruniaMu Terindah (Based on True Story)

Senangkah anda bila anak anda lulusan IPB, ITB, UI, UGM atau Amerika, Eropa ?
Lalu kerja di Amerika...?
Anak yag bagaimanakah yg anda Inginkan ?

Aku seorang pensiunan pegawai Kantor Walikota. Usiaku sudah 63 tahun dan sekarang duduk di kursi roda karena suatu penyakit. Suamiku meninggal sewaktu aku memasuki masa pensiun. Anak2 kami ada 4 orang, semuanya berprestasi kecuali si bungsu kami. Dia, yang bungsu, menderita kelainan, wajahnya tidak sempurna dan kelakuannya tidak sesuai dengan umurnya. Tapi hatinya baik dan suka menolong. Ketiga anakku yang lain adalah sarjana ITB, 2 orang mendapat bea siswa ke Amerika dan Jerman dan sekarang ketiga2nya sudah punya perusahaan sendiri yang maju, dan hidup sangat berkecukupan.

Setelah suamiku meninggal aku tinggal berdua saja dengan si bungsu. Pagi2 dia mengangkatku ke kamar mandi, setelah itu mengangkatku lagi ke kursi roda. Dia membantuku berpakaian. Dia juga rajin memasak makanan kesukaanku. Tiap pagi dia membawaku dengan kursi rodaku keliling kompleks perumahan untuk menikmati matahari.

Dalam hidupku yg sepi ini aku sering menangis kalau memandang wajah bungsuku. Bukan karena dia cacat, tapi karena kami selama ini telah menyia2kan nya, menyisihkannya dari anak2ku yg lain. Aku tidak bisa melupakan bagaimana kami tidak pernah mengajaknya liburan bersama kakak2nya, tidak pernah mengikutkannya dalam acara keluarga atau kumpul2 dgn teman dan kerabat. Bahkan dalam foto keluargapun kami tidak mengikut sertakannya. Kami seakan hanya punya 3 anak. Aku juga tidak pernah lupa bagaimana bangganya kami dgn prestasi kakak2nya sejak mereka masuk sekolah TK sampai selesai kuliah. Semua orang kagum dan memuji mereka dan salut dengan cara kami mendidik mereka.

Waktu berlalu, sejak anak2ku berkeluarga, mereka kelihatan sangat sibuk. Mereka jarang menelepon, pulang kerumah waktu liburanpun sekali2 saja. Lebaran tahun lalu si sulung pulang sekeluarga. Tapi aku heran dan sedih, mereka tidak mau menginap di rumah kami, rumah tempat dia dibesarkan. Mereka lebih memilih di hotel. Setelah Sholat led, aku dan si bungsu sudah siap menunggu mereka dengan hidangan rawon dan empal daging kesukaan anakku. Sampai siang mereka belum muncul, kemudian berangsur sore mereka belum juga datang. Aku sudah berusaha beberapa kali menelepon, tetapi teleponnya tidak diangkat. Setelah jam 20.00 malam, si sulung yg kutunggu2 datang juga. Tapi tanpa anak2 dan istrinya. Katanya ringan, "mereka capek seharian pergi puter2 kota, dan sekarang ingin tidur". Waktu kukatakan kalau rawon dan empal sudah disediakan, dia menjawab, "sudah makan Ma, kenyang". Kemudian dia berbalik dan kembali ke hotel. Aku duduk terhenyak. Kenapa semuanya berubah begini? Dia kebanggaanku dari dulu kenapa sekarang jauh berbeda?.

Ya Allah, aku menangis tersedu-sedu. Bungsuku berlutut di depanku sambil memegangi tanganku dan berkata: "Ma, jangan nangis, nanti Mama sakit. Empalnya kita aja yg makan. Aku suka kok, Mama juga suka kan?".  Dia memelukku sembari menghapus air mataku. Kami berpelukan erat.

Ampuni hamba ya Allah, telah menyia-nyiakan karunia terindahMu yg berhati emas ini. Ampuni hamba telah pilih kasih kepada titipanMu. Ampuni hamba telah me-nyia2kan kepercayaanMu yg telah menitipkan dia yg tidak sempurna ini. Ampuni hamba telah menganggapnya tidak ada. Ampuni hamba telah merasa malu menerima titipanMu ini ya Allah. Ampuni hamba telah sombong membangga2kan kakak2nya. Ya Allah, hamba orang yg hina... Ampuni hamba ya Allah...          

Masyaa Allah. Kisah yang sangat mengharukan dan membuat Kita semakin tersadar bahwa kadang Allah memberikan sesuatu yang menurut kita bukan yang terbaik, . namun Allah mempunyai satu rencana indah. Ternyata itulah KARUNIA INDAH  yang terbaik untuk kita dan membuat kita bahagia.






_______________

Tentu saya akan coba kumpulkan lagi kiriman-kiriman parenting dari teman-teman yang memang berguna ini paling tidak untuk diri saya sendiri.


Perkembangan Karakter AUD

Penulis : Azizatul Fuad, Diana Ekasara, Siti Rahma, Yayu Sru Wahyu Ningsih

A.  Pendahuluan

Keterpurukan dan jatuh bangunnya suatu bangsa tergantung pada kualitas sumber daya manusia yang dimiliki. Keruntuhan suatu negara ditengarai dengan melemahnya nilai-nilai karakter dalam kehidupan masyarakatnya. Sebagaimana dikemukakan oleh Thomas Lickona, seorang profesor pendidikan dari Cortland University, sebagai dikutip Masnur Muslich, mengungkapkan bahwa ada sepuluh tanda-tanda zaman yang harus diwaspadai, karena jika tanda-tanda ini sudah ada, berarti sebuah bangsa sedang menuju jurang kehancuran. Tanda-tanda yang dimaksud adalah (1) meningkatnya kekerasan di kalangan remaja, (2) penggunaan bahasa dan kata-kata yang memburuk, (3) pengaruh peer-group yang kuat dalam tindakan kekerasan, (4) meningkatnya perilaku merusak diri, seperti penggunaan narkoba, alkohol, dan seks bebas, (5) semakin kaburnya pedoman moral baik dan buruk, (6) menurunnya etos kerja, (7) semakin rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan guru, (8) rendahnya rasa tanggung jawab individu dan warga negara, (9) membudayanya ketidakjujuran, dan (10) adanya rasa saling curiga dan kebencian di antara sesama.[1] Maka perlunya penananaman nilai-nilai karakter diyakini sebagai akar yang kokoh dalam menopang keutuhan berbangsa dan bernegara. Seyogyanya penanaman nilai-nilai karakter itu sudah ditanamkan sejak usia dini, bahkan sejak dalam kandungan ibu.

Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat (1) menyatakan bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”. Pendidikan dianggap sebagai alternatif yang besifat preventif karena pendidikan membangun generasi baru bangsa yang lebih baik. Sebagai alternatif yang bersifat preventif, pendidikan diharapkan dapat mengembangkan kualitas generasi muda bangsa dalam berbagai aspek yang dapat memperkecil dan mengurangi penyebab berbagai masalah krisis moral bangsa.

Didalam sistem pendidikan nasional dikenal jalur pendidikan formal, non formal dan informal. Jalur pendidikan non formal salah satunya adalah Kelompok Bermain yang merupakan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).

Menurut undang-undang No.20 pasal 1 butir 14 tahun 2003 tentang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Dalam riset menyatakan bahwa perkembangan otak pada anak usia dini tersebut (0-6 tahun) mengalami percepatan hingga 80% dari keseluruhan otak orang dewasa. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh potensi dan kecerdasan serta dasar-dasar perilaku seseorang telah mulai terbentuk pada usia tersebut. Sedemikian pentingnya masa itu sehingga usia dini sering disebut the golden age (usia emas).[2] Penerapan pendidikan karakter diberikan di Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) karena pada usia dini akan menentukan kemampuan anak dalam mengembangkan potensinya, anak akan diantar untuk dapat mengolah emosi. Kecerdasan emosi penting dimiliki anak-anak dalam mempersiapkan dan menyongsong masa depan yang penuh dengan tantangan.

B. Kesadaran Pentingnya Karakter

Menurut Megawangi, mengatakan : “Perkembangan karakter yang terbaik adalah pada anak usia dini. Jika kita gagal menjadi orang baik di usia dini, di usia dewasa kita akan menjadi orang yang bermasalah. Pentingnya Penanaman Nilai-nilai Karakter bagi Anak Usia Dini Montessori menyatakan bahwa tahapan perkembangan anak yang paling penting adalah pada usia enam tahun pertama dan usia tersebut merupakan masa paling tepat bagi pembentukan karakter seseorang.[3]

Mulyasa menyatakan bahwa pendidikan karakter bagi anak usia dini memiliki makna lebih tinggi dari pendidikan moral karena tidak hanya berkaitan dengan masalah benar-salah, tetapi bagaimana menanamkan kebiasaan (habit) tentang berbagai perilaku yang baik dalam kehidupan, sehingga anak memiliki kesadaran, dan pemahaman yang tinggi, serta kepedulian dan komitmen untuk menerapkan kebajikan dalam kehidupan sehari-hari. Karena karakter merupakan sifat alami bagi anak usia dini untuk merespon situasi secara moral, harus diwujudkan dalam tindakan nyata melalui pembiasaan untuk berperilaku baik, jujur, bertanggung jawab, dan hormat terhadap orang lain. Hal ini sejalan dengan ungkapan Aristotle bahwa karakter erat kaitannya dengan ‘habits’ atau kebiasaan yang terus menerus dipraktikkan dan diamalkan.[4]

Menurut Russel Williams tentang pendidikan karakter sebagaimana yang dikutip Megawangi bahwa pendidikan karakter adalah ibarat  otot  dimana otot-otot karakter akan menjadi lembek apabila tidak pernah dilatih, dan akan kuat dan kokoh jika sering dipakai. Seperti seorang binaragawan (body builder) yang terus menerus berlatih untuk membentuk ototnya. Demikian juga dengan otot-otot karakter akan terbentuk dengan praktik-praktik latihan yang akhirnya akan menjadi kebiasaan (habit). [5]

Dalam Islam sebagai sumber utama untuk menentukan karakter adalah al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW sehingga baik dan buruk dalam karakter Islam ukurannya adalah baik dan buruk menurut kedua sumber tersebut, bukan baik dan buruk menurut ukuran manusia. Nabi Muhammad Saw. bersabda dalam salah satu hadis yang berbunyi: 


Artinya Sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak mulia” (HR. Ahmad).

Hadis ini mengisyaratkan bahwa kehadiran Nabi Saw. di muka bumi ini membawa misi pokok untuk menyempurnakan akhlak manusia yang mulia.[6]

C.  Pengertian Pendidikan/Pengembangan Karakter

Kata karakter menurut Doni Koesoema A adalah sama dengan kepribadian. Kepribadian dianggap sebagai ciri atau karakteristik yang bersifat khas dari seseorang yang bersumber dari hasil bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan.[7] Menurut Cronbach sebagimana dikutip oleh Darmuin bahwa karakter merupakan suatu sisi dan kepribadian yang terbentuk melalui kebiasaan dan gagasan yang tidak dapat dipisahkan antar keduanya.[8] Dapat disimpulkan karakter adalah tabiat atau kebiasaan untuk melakukan hal yang baik.

Pendidikan karakter menurut Megawangi adalah sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikanya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan konstribusi yang positif kepada lingkungannya.[9] Pendidikan karakter adalah upaya penanaman nilai-nilai karakter kepada anak didik yang meliputi pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai kebaikan dan kebajikan, kepada Tuhan YME, diri sendiri, sesame, lingkungan maupun kebangsaan agar menjadi manusia yang berakhlak.[10]

Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang melibatkan penanaman pengetahuan, kecintaan dan penanaman perilaku kebaikan yang menjadi sebuah pola/kebiasaan. Pendidikan karakter tidak lepas dari nilai-nilai dasar yang dipandang baik. [11]

18 nilai-nilai dalam pendidikan karakter menurut kemdiknas dalam kutipan HE. Mulyasa adalah:[12]

1. Religius : Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
2. Jujur : Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
3. Toleransi : Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
4. Disiplin : Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
5. Kerja Keras : Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
6. Kreatif : Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
7. Mandiri : Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
8. Demokratis : Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
9. Rasa Ingin Tahu : Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
10. Semangat Kebangsaan : Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
11. Cinta Tanah Air : Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
12. Menghargai Prestasi : Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
13. Bersahabat/Komunikatif : Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
14. Cinta Damai : Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
15. Gemar Membaca : Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.
16. Peduli Lingkungan : Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
17. Peduli Sosial : Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
18. Tanggung Jawab : Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

Dalam mengembangkan pendidikan karakter maka ada tujuh prinsip pendidikan karakter yang harus dilaksanakan oleh pendidik dan lembaga PAUD, yaitu :  [13]

1. Melalui contoh dan keteladanan
2. Dilakukan secara berkelanjutan
3. Menyeluruh, terintegrasi dalam seluruh aspek perkembangan
4. Menciptakan suasana kasih sayang
5. Aktif memotivasi anak
6. Melibatkan pendidik dan tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat.
7. Adanya penilaian

D.  Perkembangan Karakter Anak TK

Menurut Permendikbud No. 137 Tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Usia Dini, Pasal 10 ayat,  lingkup perkembangan sesuai tingkat usia anak meliputi aspek nilai agama dan moral, fisik-motorik, kognitif, bahasa, sosial-emosional, dan seni. [14]

1. Nilai agama dan moral : kemampuan mengenal nilai agama yang dianut, mengerjakan ibadah, berperilaku jujur, penolong, sopan, hormat, sportif, menjaga kebersihan diri dan lingkungan, mengetahui hari besar agama, menghormati, dan toleran terhadap agama orang lain.

2. Fisik-motorik : a. motorik kasar, mencakup kemampuan gerakan tubuh secara terkoordinasi, lentur, seimbang, lincah, lokomotor, non-lokomotor, dan mengikuti aturan; b. motorik halus, mencakup kemampuan dan kelenturan menggunakan jari dan alat untuk mengeksplorasi dan mengekspresikan diri dalam berbagai bentuk; dan c. kesehatan dan perilaku keselamatan, mencakup berat badan, tinggi badan, lingkar kepala sesuai usia serta kemampuan berperilaku hidup bersih, sehat, dan peduli terhadap keselamatannya.

3. Kognitif : a. belajar dan pemecahan masalah, mencakup kemampuan memecahkan masalah sederhana dalam kehidupan sehari-hari dengan cara fleksibel dan diterima sosial serta menerapkan pengetahuan atau pengalaman dalam konteks yang baru; b. berfikir logis, mencakup berbagai perbedaan, klasifikasi, pola, berinisiatif, berencana, dan mengenal sebab-akibat; dan c. berfikir simbolik, mencakup kemampuan mengenal, menyebutkan, dan menggunakan konsep bilangan, mengenal huruf, serta mampu merepresentasikan berbagai benda dan imajinasinya dalam bentuk gambar.

4. Bahasa : a. memahami bahasa reseptif, mencakup kemampuan memahami cerita, perintah, aturan, menyenangi dan menghargai bacaan; b. mengekspresikan bahasa, mencakup kemampuan bertanya, menjawab pertanyaan, berkomunikasi secara lisan, menceritakan kembali yang diketahui, belajar bahasa pragmatik, mengekspresikan perasaan, ide, dan keinginan dalam bentuk coretan; dan c. keaksaraan, mencakup pemahaman terhadap hubungan bentuk dan bunyi huruf, meniru bentuk huruf, serta memahami kata dalam cerita.

5. Sosial-emosional: a. kesadaran diri, terdiri atas memperlihatkan kemampuan diri, mengenal perasaan sendiri dan mengendalikan diri, serta mampu menyesuaian diri dengan orang lain; b. rasa tanggung jawab untuk diri dan orang lain, mencakup kemampuan mengetahui hak-haknya, mentaati aturan, mengatur diri sendiri, serta bertanggung jawab atas perilakunya untuk kebaikan sesama; dan c. perilaku prososial, mencakup kemampuan bermain dengan teman sebaya, memahami perasaan, merespon, berbagi, serta menghargai hak dan pendapat orang lain; bersikap kooperatif, toleran, dan berperilaku sopan.

6. Seni: kemampuan mengeksplorasi dan mengekspresikan diri, berimajinasi dengan gerakan, musik, drama, dan beragam bidang seni lainnya (seni lukis, seni rupa, kerajinan), serta mampu mengapresiasi karya seni, gerak dan tari, serta drama.

E. Kesimpulan

1. Perkembangan karakter yang terbaik adalah pada anak usia dini. Jika kita gagal menjadi orang baik di usia dini, di usia dewasa kita akan menjadi orang yang bermasalah. Tahapan perkembangan anak yang paling penting adalah pada usia enam tahun pertama dan usia tersebut merupakan masa paling tepat bagi pembentukan karakter seseorang.

2. Pendidikan karakter atau pendidikan akhlah adalah upaya penanaman nilai-nilai karakter kepada anak sejak usia dini yang meliputi pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai kebaikan dan kebajikan, kepada Tuhan YME, diri sendiri, sesama, lingkungan maupun kebangsaan agar menjadi manusia yang berakhlak. Terdapat 18 Nilai karakter yang bisa dilaksanakan dalam pendidikan karakter.

3. Lingkup perkembangan sesuai tingkat usia anak meliputi aspek nilai agama dan moral, fisik-motorik, kognitif, bahasa, sosial-emosional, dan seni.

F. Saran

Disarankan agar lembaga PAUD hendaknya  melakukan pendidikan karakter dengan contoh dan keteladanan, secara berkelanjutan,  menyeluruh, terintegrasi dalam seluruh aspek perkembangan,  Menciptakan suasana kasih sayang, memotivasi anak, Melibatkan pendidik dan tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat, adanya penilaian.

DAFTAR PUSTAKA

Albertus, Doni Koesoma. Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Global. Jakarta: PT. Grasindo, 200

Darmuin, Konsep Dasar Pendidikan Karakter Taman Kanak-kanak, Semarang: Pustaka Zaman, 2013

Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini, Pedoman Pendidikan Karakter pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional,Jakarta: 2012

Permendikbud No. 137 Tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Usia Dini

Megawangi  Ratna, Pendidikan Karakter: Solusi yang tepat untuk membangun Bangsa. Bogor : Indonesia Heritage Foundation, 2004

------------------------,  Semua Berakar Pada Karakter “ Isu-isu Permasalahan Bangsa, Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2007

------------------------, Pendidikan Karakter. Depok: Indonesia Heritage Foundation, 2010

Mulyasa H.E., Manajemen Pendidikan Karakter, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2016

Muslich, Masnur. Pendidikan Karakter: Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional. Jakarta: Bumi Aksara, 2011


Suyadi, Manajemen PAUD: TPA-KB-TK/RA, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011



[1] Muslich, Masnur. Pendidikan Karakter: Menjawab Tantangan Krisis Multidi­mensional. (Jakarta: Bumi Aksara, 2011),  h. 35
[2] Suyadi, Manajemen PAUD: TPA-KB-TK/RA, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), h.. 7
[3]  Megawangi R, Pendidikan Karakter. (Depok: Indonesia Heritage Foundation, 2010). h. 5
[4]  Mulyasa, HE,. Manajemen Pendidikan Karakter (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2016), h. 68
[5] Megawangi, RatnaSemua Berakar Pada Karakter “ Isu-isu Permasalahan Bangsa, (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2007), h. 83
[6] Hadits shahih lighairihi ini diriwayatkan oleh Ahmad bin Hambal dengan lafadz ini dalam Musnad-nya 2/381, Imam Al Haakim dalam Mustadrak-nya 2/613, dan Imam Al Bukhari dalam kitabnya Adabul Mufrad no. 273
[7] Albertus, Doni Koesoma. Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Global. (Jakarta: PT. Grasindo, 2007), h. 80
[8] Darmuin, Konsep Dasar Pendidikan Karakter Taman Kanak-kanak, (Semarang: Pustaka Zaman, 2013),  h. 70
[9] Megawangi, Ratna. Pendidikan Karakter: Solusi yang tepat untuk membangun Bangsa. (Bogor : Indonesia Heritage Foundation, 2004). h. 95
[10] Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini, , Pedoman Pendidikan Karakter pada Pendidikan Anak Usia Dini, (Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional, 2012), h. 5
[11] Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini, , Pedoman. h 5
[12] Mulyasa HE, Manajemen, h. 71 - 72
[13] Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini,  Pedoman. h 6
[14] Permendikbud No. 137 Tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Usia Dini