Sabtu, 21 Oktober 2017

Enggang si Burung Mitos

Oleh : Azizatul Fuad

1.      Burung Enggang

Enggang atau rangkong adalah jenis burung dengan bentuk paruh besar yang mirip tanduk sapi, karena penampilan paruhnya itu spesies burung ini memiliki nama ilmiah 'Buceros' yang berarti tanduk sapi. Burung enggang tergolong dalam kelompok Bucerotidae yang terdiri dari 57 spesies, dengan sembilan spesies merupakan endemik Afrika Selatan dan 14 di antaranya merupakan endemik Indonesia. Di dunia internasional, burung enggang disebut juga dengan nama Hornbill, lantaran bentuk paruhnya yang mirip terompet. 

Burung enggang hidup secara berpasangan dan memiliki cara berbiak yang cukup unik. Burung Jantan akan membuat lubang ditempat yang tinggi pada sebatang pohon  untuk tempat burung betinanya bertelur, dan sewaktu mengeram itulah burung betina akan menutup sarangnya dengan dedaunan dan lumpur dengan lubang kecil untuk tempat burung jantan memberikannya makanan.

Burung enggang betina akan bertelur dengan jumlah telur sekitar 5 hingga 6 butir telur  dalam sarangnya yang tersembunyi tersebut dan apabila induk dan anaknya tersebut sudah tidak muat lagi dalam sarangnya, maka si betina akan memecahkan sarangnya dan merenovasinya agar bisa muat bagi mereka. Pada beberapa spesies, kadang anak anak burung itu sendiri yang merenovasi sarangnya tanpa bantuan induknya.

2. Mitos Dan Lambang Budaya

Dalam budaya Kalimantan, burung enggang (tingan) merupakan simbol "Alam Atas" yaitu alam kedewataan yang bersifat maskulin. Bahkan mitos dan cerita dibalik burung enggang ini pun berbeda beda disetiap daerah, salah satu mitos menyebutkan bahwa burung enggang adalah jelmaan dari Panglima Burung. Panglima burung adalah sosok yang tinggal di pegunungan di pedalaman kalimantan dan berwujud gaib dan hanya akan muncul pada saat perang.

Umumnya burung enggang dianggap sakral dan tidak diperbolehkan di buru apalagi di makan. Jika ditemukan ada burung enggang yang mati, bangkainya tidak dibuang, bagian kepalanya akan digunakan untuk hiasan kepala, sedangkan kerangka kepalanya akan tetap awet karena tulangnya yang keras, dan hiasan kepala inipun hanya boleh digunakan oleh orang orang tertentu. 
 
Di Kalimantan burung enggang sakti digunakan sebagai lambang daerah ataupun juga simbol  organisasi seperti di lambang negeri Sarawak, lambang provinsi Kalimantan Tengah, Simbol Universitas Lambung Mangkurat dan lain sebagainya, sementara dalam budaya Banjar ,burung enggang ini diukir dalam bentuk yang tersamar karena budaya banjar tumbuh dibawah pengaruh agama islam yang melarang adanya ukiran makhluk bernyawa.

3. Lagu Burung Enggang Merista

"Burung Enggang Merista"
(Bahasa Kutai)

Burung enggang si burung wali
Apa kabar datang ke sini
Singgah di ranting puhun wanyi
Merana hidup terangguk-angguk

Burung enggang si burung tari
Bulu ditata disusun rapi
Hilang bulu menderita bathin
Di dalam hati urang ha’ marah

Reff

Burung enggang enda’ nya mati
Ranca’ merista di dalam hati
Namun hilang jangan ha’ hilang si burung enggang

Burung enggang enda’nya mati
Ranca’ merista di dalam hati
Namun hilang jangan ha’ hilang si burung enggang


Oh burung enggang
Mandi’ sampai hati melihat
Namun punah mandi’lah jua
Merista diri seumur hidup

Burung enggang si burung tari
Bulu ditata disusun rapi
Hilang bulu menderita bathin
Di dalam hati urang ha’ marah

Kembali ke Reff

Sumber:


Tidak ada komentar:

Posting Komentar