Selasa, 24 Oktober 2017

10 Parenting dari WA : 14 Permintaan Anak, Jadikan Orang Tuamu Raja, Do’a Ibu Terkabul


oleh: Azizah F

Parenting adalah upaya pendidikan yang dilaksanakan oleh keluarga dengan memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia dalam keluarga dan lingkungan yang berbentuk kegiatan belajar secara mandiri.Parenting sebagai proses interaksi berkelanjutan antara orang tua dan anak-anak mereka yang meliputi aktivitas-aktivitas sebagai berikut : memberi makan (nourishing),memberi petunjuk (guiding), dan melindungi (protecting) anak-anak ketika mereka tumbuh berkembang. 

WhatsApp Messenger atau WhatsApp saja adalah aplikasi pesan untuk smartphone dengan dasar mirip BlackBerry Messenger. WhatsApp Messenger merupakan aplikasi pesan lintas platform yang memungkinkan kita bertukar pesan tanpa biaya SMS, karena WhatsApp Messenger menggunakan paket data internet yang sama untuk email, browsing web, dan lain-lain. Aplikasi WhatsApp Messenger menggunakan koneksi 3G atau WiFi untuk komunikasi data. Dengan menggunakan WhatsApp, kita dapat melakukan obrolan online, berbagi file, bertukar foto dan lain-lain.

Rupanya banyak nasehat, motivasi, ungkapan, kata-kata yang berkaitan dengan parenting yang sering kita peroleh dari WhatsApp namun kadang kita hapus dan lupa, begitu kita ingin menasehati diri kita atau nasehati anak-anak, kita jadi ingat dulu pernah dapat. Ini ada beberapa  parenting dari WhatsApp yang penting buat kita orang tua, guru, ustadzah, ibu-ibu, maupun calon ibu, juga anak-anak.


A. Bercanda Dengan Istri & Bermain Dengan Anak

Imam Ibnu Muflih pernah menukil ucapan Imam Ibnu Aqil al-Hambali semoga Allah  merahmati keduanya  dari kitab beliau " al-Funun ".

Katanya, " Dahulu Nabi shallallaahu ' alaihi wasallam membuat tarian untuk al-Hasan dan al-Husain dan mencandai keduanya.

Beliau juga pernah berlomba lari bersama Aisyah dan memanjakan para istrinya.

Dan seorang yang berakal apabila dia sedang berkumpul bersama para istrinya dan budak-budak perempuannya, maka dia akan mengesampingkan akalnya seperti halnya seorang Syaikh yang terhormat, dia bercanda, bersenda gurau dan berkelakar untuk memberikan hak istri dan jiwanya.

Dan jika dia sedang bersama anak-anaknya, maka dia akan berkelakuan layaknya anak kecil.

Sumber : [Al-adabus syar'iyyah 3/239]

B. Jangan Buang Orang Tua Kita

Di Jepang dulu pernah ada tradisi membuang orang yang sudah tua ke hutan. Mereka yang dibuang adalah orang tua yang sudah tidak berdaya sehingga tidak memberatkan kehidupan anak-anaknya._

Pada suatu hari ada seorang pemuda yang berniat membuang ibunya ke hutan, karena si Ibu telah lumpuh dan agak pikun.

Si pemuda tampak bergegas menyusuri hutan sambil menggendong ibunya. Si Ibu yang kelihatan tak berdaya berusaha menggapai setiap ranting pohon yang bisa diraihnya lalu mematahkannya dan menaburkannya di sepanjang jalan yang mereka lalui.

Sesampai di dalam hutan yang sangat lebat, si anak menurunkan Ibu tersebut dan mengucapkan kata perpisahan sambil berusaha menahan sedih karena ternyata dia tidak menyangka tega melakukan perbuatan ini terhadap Ibunya.

Justru si Ibu yang tampak tegar, dalam senyumnya dia berkata: “Anakku, Ibu sangat menyayangimu. Sejak kau kecil sampai dewasa Ibu selalu merawatmu dengan segenap cintaku. Bahkan sampai hari ini rasa sayangku tidak berkurang sedikitpun. Tadi Ibu sudah menandai sepanjang jalan yang kita lalui dengan ranting-ranting kayu. Ibu takut kau tersesat, ikutilah tanda itu agar kau selamat sampai dirumah”

Setelah mendengar kata-kata tersebut, si anak menangis dengan sangat keras, kemudian langsung memeluk ibunya dan kembali menggendongnya untuk membawa si Ibu pulang ke rumah.

Pemuda tersebut akhirnya merawat Ibu yang sangat mengasihinya sampai Ibunya meninggal.

“Orang tua” bukan barang rongsokan yang bisa dibuang atau diabaikan setelah terlihat tidak berdaya. Karena pada saat engkau sukses atau saat engkau dalam keadaan susah, hanya ‘orang tua’ yang mengerti kita dan batinnya akan menderita kalau kita susah. ‘Orang tua’ kita tidak pernah meninggalkan kita, bagaimanapun keadaan kita, walaupun kita pernah kurang ajar kepada orang tua. Namun Bapak dan Ibu kita akan tetap mengasihi kita.

Mari kita merenungkan, apa yang telah kita berikan untuk orang tua kita, nilai berapapun itu pasti dan pasti tidak akan sebanding dengan pengorbanan ayah ibu kita.

C. Jadikan Orang Tuamu Raja, Maka Rezeki Mu Seperti Raja

Pengusaha baja/Pemilik PT. Artha Mas Graha Andalan. Ketika ditanya rahasia suksesnya menjadi Pengusaha, jawabnya singkat:

“Jadikan orang tuamu Raja, maka rezeki mu seperti Raja”.

Pengusaha yang kini tinggal di Cikarang ini pun bercerita bahwa orang hebat dan sukses yang ia kenal semuanya memperlakukan orang tuanya seperti Raja.

Mereka menghormati, memuliakan, melayani dan memprioritaskan orang tuanya.
Lelaki asal Banyuwangi ini bertutur, “Jangan perlakukan Orang tua seperti  “Pembantu".

Atau orang tua diminta merawat anak kita sementara kita sibuk bekerja.

Bila ini yang terjadi maka rezeki orang itu adalah rezeki pembantu, karena ia memperlakukan orang tuanya seperti pembantu.

Walau suami/istri bekerja, rezekinya tetap kurang bahkan nombok setiap bulannya.

Menurut sebuah lembaga survey yang mengambil sampel pada 700 keluarga di Jepang,  anak-anak yang sukses adalah: mereka yang memperlakukan dan melayani orang tuanya seperti seorang Kaisar.

D. Menciptakan Rumah Surga Tanpa Teriakan

1. Semua orang menginginkan rumah tangga layaknya surga, agar penghuninya betah di dalamnya.
2. Ciri utama penduduk surga di antaranya bicara yang lembut. Tidak suka teriak atau membentak.
3. Kebiasaan berteriak justru merupakan ciri penduduk neraka. (QS 35:37)
4. Maka jika ada suara teriakan di dalam rumah, itu artinya suasana surga sudah berganti suasana neraka.
5. Kebiasaan teriak atau bicara melebihi desibel suara normal akibatnya akan mengeringkan cinta.
6. Sejatinya, cinta adalah kelembutan. Dan tidaklah sesuatu disertai kelembutan kecuali akan memperhiasnya (Hadits)
7. Itulah kenapa bukti cinta kepada Allah diminta kita tuk berdzikir dengan suara yang lembut, tidak berteriak di hadapan-Nya. (QS 7:205)
8. Kebiasaan berteriak di dalam rumah tangga sejatinya akan mengurangi rasa cinta.
9. Penting bagi setiap keluarga yang merindukan suasana surga, agar mengurangi teriakan di dalam rumah, terlebih untuk anak-anak kita.
11. Kebiasaan berteriak atau membentak di depan anak diakui oleh para ahli akan mengaktifkan batang otak anak.
12. Batang otak itu yang disebut otak reptil atau otak refleks. Anak cenderung merespon masalah tanpa berpikir.
13. Diledek teman refleks memukul. Ini tersebab batang otaknya lebih dominan daripada korteksnya, yang ajak dia untuk berpikir.
14. Anak yang batang otaknya menebal cenderung merespon sesuatu dengan prinsip 'flight or fight'.
15. Solusi akan jarang keluar dari anak dengan model begini. Yang ada adalah memuaskan emosi semata.
16. Maka, anak-anak yang gampang marah, tawuran dan sebagainya bisa dibilang karena batang otaknya cenderung lebih dominan.
17. Dan kalau ditelusuri penyebab awalnya, yakni kebiasaan dibentak atau diteriaki dari kecil baik oleh ortu atau guru di sekolah.
18. Dampak berikutnya dari kebiasaan berteriak di hadapan anak adalah: menghancurkan sel-sel otaknya.
19. Satu kali teriakan kepada anak di bawah usia 5 tahun akan menghancurkan 10 ribu sel otaknya setiap teriakan.
20. Hitung deh sudah berapa kali bentak anak. Kalikan 10 ribu. Maka, itulah dosa kita yang membuat anak kita gak pintar-pintar.
21. Berteriak ini belum tentu membentak. Bisa jadi sekedar bercanda untuk menyemangati. Ini tetap bahaya dan terlarang untuk dilakukan.
22. Kalau mau teriak di lapangan saja, di mana jarak ke anak kira-kira seratus meter.
23. Kembali kepada inti rumah tangga Surga. Yakni kebiasaan bicara lembut. Bahkan bisik-bisik di telinga anak untuk tumbuhkan cinta.
24. Tentu kelembutan ini bukan berarti abaikan ketegasan.
25. Sebab ketegasan itu bisa dilakukan tanpa harus berteriak-teriak.
26. Jadi, jika ada yang teriak-teriak di rumah kita, katakan: ini rumah surga. Di surga bicaranya lembut. Hanya penduduk neraka yang suka teriak.
27. Kesimpulannya, jika ingin memperbaiki pola asuh dan hubungan harmonis dalam rumah tangga, perbaiki cara komunikasi kita.
28. Dengan perbaikan komunikasi, maka menjadi baiklah amalan kita yang lainnya.

Mari kita perbaiki komunikasi dalam keluarga kita, terutama pada anak-anak kita, yang pada dasarnya mereka tidak ingin dibentak atau diteriaki. Semoga kita berhasil menjadi orang tua yang sukses berkomunikasi dengan baik

E. Ibu Yang Marah : Do’anya  Diqabul Allah 25 Tahun Kemudian

Aku sedang membersihkan rumah. Tiba-tiba anak lelakiku yang masih kecil berlari ke arahku. Dia menyenggol tanpa sengaja satu pot bunga yg terbuat dari kaca. Pecah hancur berantakan.

Aku benar-benar marah karena pot itu memang mahal harganya. Tanpa ku sadari, aku telah melontarkan kata2,

"Matilah kamu! Semoga kamu ditimpa dinding bangunan dan tulang-belulangmu hancur!”

Tahun demi tahun berlalu. Anak lelakiku tumbuh besar, aku sudah lupa akan doa itu. Aku pun tidak menganggapnya penting dan aku tidak tahu bahwa do'a itu telah naik ke langit.

Anak lelakiku dan adik-adiknya yang lain tumbuh besar. Dia anak sulung yang paling aku sayangi dari anak-anakku yang lain. Dia anak yang rajin dan pandai menghormati aku dan berbakti kepadaku dibandingkan adik-adiknya yang lain.

Kini dia telah menjadi seorang insinyur. Tidak lama lagi dia akan menikah. Tidak sabar rasanya aku ingin menimang cucu.

Ayahnya punya sebuah bangunan yang sudah lama dan ingin direnovasi. Maka pergilah anakku bersama ayahnya ke gudang itu. Para pekerja sdh bersiap-siao untuk merobohkan satu dinding yang sudah usang.

Sementara pekerja sedang bekerja, anakku pergi ke belakang bangunan tanpa diketahui oleh siapa pun. Dengan tidak disangka-sangka dinding bangunan itu roboh menimpanya!

Terdengar suara berteriak dalam runtuhan itu hingga suaranya tak kedengaran lagi.

Semua pekerja berhenti. Heran suara siapa? Mereka berlari ke arah reruntuhan itu. Mereka mengangkat dinding yang menghimpit anakku dgn susah payah dan segera memanggil ambulan.

Mereka tidak dapat mengangkat badan anakku. Ia remuk seperti kaca yang jatuh pecah berkeping-keping..

Sebagian mereka mengangkat badan anakku yg hancur dengan hati-hati dan segera membawanya ke UGD di RS.

Ketika ayahnya menghubungiku, seakan-akan Allah menghadirkan kembali kata-kataku padanya semasa ia masih kecil dulu.

Aku menangis hingga pingsan, setelah aku sadar, aku berada di RS dan aku meminta untuk melihat anakku. Ketika melihatnya, aku seakan mendengar suara yg berkata,

"INI DOAMU KAN? Sudah AKU kabulkan! Setelah sekian lama engkau berdoa, sekarang Aku akan mengambilnya!"

Ketika itu, jantungku seakan berhenti berdetak. Anakku menghembuskan nafasnya yang terakhir. Aku berteriak dan menangis sambil berkata,

"Ya Allah!. Selamatkanlah anakku!. Jangan pergi nak.."

Seandainya, lidah ini tidak mendoakan kejelekan 25 tahun yang lalu...!
Andaikan..! Andaikan..! Andaikan..! Tetapi kalimat ‘andaikan’ ini tidak berguna lagi sekarang ini..

Cerita ini dari satu kisah nyata!. Pesanku pada para IBU. Jangan sekali-kali terburu-buru mendoakan KEBURUKAN anakmu ketika kamu sedang marah...!!!

Berlindunglah kepada Allah dari godaan iblis. Jika kamu ingin memukulnya, pukul sajalah, tapi jangan kamu mendo'akannya dengan yang bukan-bukan sehingga kamu akan menyesal sepertiku.!

Sungguh aku menulis ini dengan air mataku yang turut mengalir.

Wahai anakku..! Aku rela rohku turut bersamamu..! Hingga aku boleh beristirahat dari kepedihan yang aku rasakan setelah kepergianmu...

F.  14 Permintaan Anak yang Mungkin Tidak Pernah Mereka Ucapkan

1. Cintailah aku sepenuh hatimu.
2. Jangan marahi aku di depan orang banyak.
3. Jangan bandingkan aku dengan kakak atau adikku atau orang lain.
4. Ayah Bunda jangan lupa, aku adalah fotocopy-mu.
5. Kian hari umurku kian bertambah, maka jangan selalu anggap aku anak kecil.
6.  Biarkan aku mencoba, lalu beritahu aku bila salah.
7. Jangan ungkit-ungkit kesalahanku.
8. Aku adalah Ladang Pahala bagimu.
9. Jangan memarahiku dengan mengatakan hal-hal buruk, bukankah apa yang keluar dari mulutmu sebagai orang tua adalah doa bagiku?
10. Jangan melarangku hanya dengan mengatakan "JANGAN" tapi berilah penjelasan kenapa aku tidak boleh melakukan sesuatu.
11. Tolong ayah ibu, jangan rusak mentalku dan pemikiranku dengan selalu kau bentak-bentak aku setiap hari.
12. Jangan ikutkan aku dalam masalahmu yang tidak ada kaitannya denganku. Kau marah sama yang lain, aku imbasnya.
13. Aku ingin kau sayangi cintai karena engkaulah yang ada di kehidupanku dan masa depanku.
14. Berilah aku pendidikan agama, agar lepas tanggung jawabmu kelak, dan sebagai anak shaleh kita akan saling tarik menarik ke Surga

G. Ibu Yang Cantik

Suatu pagi, seorang anak gadis bertanya pada ibunya :

"Ma.. mama selalu terlihat cantik.. Aku ingin seperti Mama, tolong beritahu aku caranya, Ma.."

Dengan tatapan lembut dan senyum haru, sang Ibu menjawab :

  • Untuk bibir yang menarik, ucapkanlah perkataan yang baik.
  • Untuk pipi yang lesung, tebarkanlah senyum ikhlas kepada siapa pun.
  • Untuk mata yang indah menawan, lihatlah selalu kebaikan orang lain.
  • Untuk tubuh yang langsing, sisihkanlah makanan untuk fakir miskin.
  • Untuk jemari tangan yang lentik menawan, hitunglah kebajikan yang telah diperbuat orang kepadamu.
  • Untuk wajah putih bercahaya, bersihkanlah kekotoran batinmu.
 Anakku..
  • Janganlah sombong akan kecantikan fisik, karena itu akan pudar oleh waktu.. Dan ingatlah bahwa kecantikan perilaku tidak akan pudar walau oleh kematian.
  • Biasakanlah untuk mengucapkan empat kata kepada siapapun dengan santun : terima kasih, maaf, tolong dan permisi.
  • Jika kamu benar, maka kamu tidak perlu marah.
  • Jika kamu salah, maka kamu wajib minta maaf.
  • Kesabaran dengan keluarga adalah kasih.
  • Kesabaran dengan orang lain adalah hormat.
  • Kesabaran dengan diri sendiri adalah keyakinan.
  • Kesabaran dengan Allah adalah Iman.
  • Jangan terlalu mengingat masa lalu, karena hal itu akan membawa air mata.
  • Jangan terlalu memikirkan masa depan, karena hal itu akan membawa ketakutan.
  • Jalankan saat ini dengan senyuman, karena hal itu akan membawa keceriaan.
  • Setiap ujian dalam hidup ini bisa membuat kamu pedih atau lebih baik.
  • Setiap masalah yang timbul bisa menghancurkan atau menguatkanmu.Pilihan ada padamu, apakah kamu akan memilih menjadi korban atau pemenang.
  • Carilah hati yang indah dan bukan wajah yang cantik.
  • Hal-hal yang indah tidak selalu baik, tapi hal-hal yang baik akan selalu indah.
H. Akan Datang Saat Piala-Piala Anakmu Tak Berguna

Kelak datang waktunya saat ijasah, sertifikat dan Piala-piala anak2 mu tidak berguna untukmu..

Karena pada saat itu, hanya do’a Anak yang Sholih saja yang dapat berguna bagimu.

Wahai sholihin dan Sholihat, bangun prestasi anak-anak dibawah naungan Tauhid yang kokoh..

Semoga Gelisahmu lebih hebat apabila nilai agama anakmu lebih rendah dibandingkan nilai Matematikanya..

Jika kelak Anakmu Berujar tak pantas, maka mohon ampunlah pada Allah dengan Lirih yang amat sangat sampai penduduk Langit mendengar, semoga Allah melembutkan Hati Anakmu..

Wahai Para Ayah, temukan jalan pulang dengan segera, waktumu tak banyak sementara Ia tumbuh besar dengan cepat, jika tak kau dampingi, jangan menangis jika kelak anakmu diterkam Serigala pornografi atau Anarkisme akhir zaman..

Wahai Para Ibu, sederhanakan keluhanmu, simpan saja dalam Hati, adukan saja kepada yang Berhak yaitu Allah SWT..

Biarkan Ia merepotkanmu hari-hari ini, karena repotnya dunia hari ini akan bertepi, sedangkan Repotnya akhirat tak akan bertepi, karenanya selamatkan Ia dari kerepotan akhirat..

Semoga Dalam suapanmu selalu bersenandung dzikir, agar makanan yang masuk, selain menyehatkan namun juga mengisi jiwa, sehingga kelak kita memiliki Anak-anak Islam berjiwa Besar yang tak takut ancaman para pencela Agama. (sumber : inspirasi dari Buku Positive Parenting karya Ustadz Muhammad Fauzhil Adhim)

I. Dia KaruniaMu Terindah (Based on True Story)

Senangkah anda bila anak anda lulusan IPB, ITB, UI, UGM atau Amerika, Eropa ?
Lalu kerja di Amerika...?
Anak yag bagaimanakah yg anda Inginkan ?

Aku seorang pensiunan pegawai Kantor Walikota. Usiaku sudah 63 tahun dan sekarang duduk di kursi roda karena suatu penyakit. Suamiku meninggal sewaktu aku memasuki masa pensiun. Anak2 kami ada 4 orang, semuanya berprestasi kecuali si bungsu kami. Dia, yang bungsu, menderita kelainan, wajahnya tidak sempurna dan kelakuannya tidak sesuai dengan umurnya. Tapi hatinya baik dan suka menolong. Ketiga anakku yang lain adalah sarjana ITB, 2 orang mendapat bea siswa ke Amerika dan Jerman dan sekarang ketiga2nya sudah punya perusahaan sendiri yang maju, dan hidup sangat berkecukupan.

Setelah suamiku meninggal aku tinggal berdua saja dengan si bungsu. Pagi2 dia mengangkatku ke kamar mandi, setelah itu mengangkatku lagi ke kursi roda. Dia membantuku berpakaian. Dia juga rajin memasak makanan kesukaanku. Tiap pagi dia membawaku dengan kursi rodaku keliling kompleks perumahan untuk menikmati matahari.

Dalam hidupku yg sepi ini aku sering menangis kalau memandang wajah bungsuku. Bukan karena dia cacat, tapi karena kami selama ini telah menyia2kan nya, menyisihkannya dari anak2ku yg lain. Aku tidak bisa melupakan bagaimana kami tidak pernah mengajaknya liburan bersama kakak2nya, tidak pernah mengikutkannya dalam acara keluarga atau kumpul2 dgn teman dan kerabat. Bahkan dalam foto keluargapun kami tidak mengikut sertakannya. Kami seakan hanya punya 3 anak. Aku juga tidak pernah lupa bagaimana bangganya kami dgn prestasi kakak2nya sejak mereka masuk sekolah TK sampai selesai kuliah. Semua orang kagum dan memuji mereka dan salut dengan cara kami mendidik mereka.

Waktu berlalu, sejak anak2ku berkeluarga, mereka kelihatan sangat sibuk. Mereka jarang menelepon, pulang kerumah waktu liburanpun sekali2 saja. Lebaran tahun lalu si sulung pulang sekeluarga. Tapi aku heran dan sedih, mereka tidak mau menginap di rumah kami, rumah tempat dia dibesarkan. Mereka lebih memilih di hotel. Setelah Sholat led, aku dan si bungsu sudah siap menunggu mereka dengan hidangan rawon dan empal daging kesukaan anakku. Sampai siang mereka belum muncul, kemudian berangsur sore mereka belum juga datang. Aku sudah berusaha beberapa kali menelepon, tetapi teleponnya tidak diangkat. Setelah jam 20.00 malam, si sulung yg kutunggu2 datang juga. Tapi tanpa anak2 dan istrinya. Katanya ringan, "mereka capek seharian pergi puter2 kota, dan sekarang ingin tidur". Waktu kukatakan kalau rawon dan empal sudah disediakan, dia menjawab, "sudah makan Ma, kenyang". Kemudian dia berbalik dan kembali ke hotel. Aku duduk terhenyak. Kenapa semuanya berubah begini? Dia kebanggaanku dari dulu kenapa sekarang jauh berbeda?.

Ya Allah, aku menangis tersedu-sedu. Bungsuku berlutut di depanku sambil memegangi tanganku dan berkata: "Ma, jangan nangis, nanti Mama sakit. Empalnya kita aja yg makan. Aku suka kok, Mama juga suka kan?".  Dia memelukku sembari menghapus air mataku. Kami berpelukan erat.

Ampuni hamba ya Allah, telah menyia-nyiakan karunia terindahMu yg berhati emas ini. Ampuni hamba telah pilih kasih kepada titipanMu. Ampuni hamba telah me-nyia2kan kepercayaanMu yg telah menitipkan dia yg tidak sempurna ini. Ampuni hamba telah menganggapnya tidak ada. Ampuni hamba telah merasa malu menerima titipanMu ini ya Allah. Ampuni hamba telah sombong membangga2kan kakak2nya. Ya Allah, hamba orang yg hina... Ampuni hamba ya Allah...          

Masyaa Allah. Kisah yang sangat mengharukan dan membuat Kita semakin tersadar bahwa kadang Allah memberikan sesuatu yang menurut kita bukan yang terbaik, . namun Allah mempunyai satu rencana indah. Ternyata itulah KARUNIA INDAH  yang terbaik untuk kita dan membuat kita bahagia.






_______________

Tentu saya akan coba kumpulkan lagi kiriman-kiriman parenting dari teman-teman yang memang berguna ini paling tidak untuk diri saya sendiri.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar